10 March 2018

Apa dan Kenapa: Filosofi Makna “Perahu Djogja”

10 March 4 Comments
Hai..hai para pembaca yang budiman, bertemu lagi di postingan blog ini. Pada episode kali ini (episode, dikira sinetron?? Hehe), maksudnya edisi kali ini saya akan memberikan penjelasan tentang blog ini. Wah padahal sudah lama sekali blog ini lahir loh, kok baru dijelaskan sekarang ya?? Iya, benar sekali blog ini sudah terlahir dari sekitar 4 tahun lalu. Kenapa baru saya keluarkan penjelasan di tahun yang ke-4 ini? Mungkin karena selama ini masih banyak perubahan yang terjadi di blog ini, baik itu tampilan luar, dalam ataupun isi dari blog ini. Bagi para pembaca yang mungkin bertanya-tanya atau ingin tahu lebih banyak tentang blog ini, silahkan nikmati tulisan saya kali ini.

Tulisan ini saya buat atas dasar pertanyaan dari salah satu teman yang menanyakan maksud dari kata “perahudjogja” yang menjadi alamat homepage dari blog ini. Berangkat dari pertanyaan tersebut, saya mulai berpikir untuk sharing maksud dari penamaan alamat blog ini. Sejujurnya, sudah lama saya ingin berbagi tentang nama “perahudjogja”, namun sepertinya keinginan untuk memendamnya jauh lebih kuat daripada membagikannya. Selain itu pula, dari segi penulisan belum menemukan bahasa dan waktu yang tepat untuk dibagikan kepada para pembaca blog. Nahh, itu alasan kenapa saya belum membagikan maksud kata “perahudjogja” pada penulisan alamat homepage blog ini.

Hari ini saya mencoba menuliskan tentang maksud dari kata “perahudjogja” pada alamat blog ini. Namun sebelumnya saya ingin sedikit mereview tentang identitas blog ini, alih-alih sebagai perkenalan yang tertunda. Mari kita mulai perkenalannya, awal mula blog ini tercipta adalah karena keinginan untuk mengabadikan setiap tulisan saya agar tidak tercecer kemana-mana (sejak dulu saya suka mencoret-coret kertas dengan tulisan-tulisan). Tahun 2014 kalau tidak salah, saya iseng mendaftar blogger karena penasaran saja. Saya bahkan lupa tulisan pertama di blog ini, yang jelas pada saat itu blog ini hanya sebagai ajang pembelajaran baik itu tentang tulisan maupun desain web. Saya masih ingat, blog ini terdaftar saat saya masih berada di semester 2 perkuliahan. Awalnya, blog ini hanya berisi puisi dan kumpulan chord gitar yang saya kumpulkan dari berbagai sumber. Seiring berjalannya waktu, saya berpikir untuk mengumpulkan tulisan-tulisan yang masih tersisa di lembar-lembar kertas yang saat itu masih saya miliki. Kemudian saya mulai menyelipkan materi-materi perkuliahan yang pernah saya dapat selama ini. berangkat dari sanalah blog ini mulai saya kelola dan saya utak-atik. Saya tidak ingat berapa kali blog ini berganti template dan layout. Hingga pada semester 6 ke belakang saya mulai mengkonsistenkan pengelolaan blog pribadi ini. Menjelang akhir sebelum lulus, sembari mengerjakan skripsi saya mulai menetapkan arah dan tujuan blog ini. Hingga akhirnya terbentuklah blog “Mata Pena Ku” ini sampai sekarang.

Header Blog Mata Pena Ku

Terlalu panjang ya kenalannya?? Hehe maklum, mengenang masa lalu memang terlalu asyik. Baiklah, saya kira cukup untuk review blog jaman dulunya, sekarang saatnya masuk ke pembahasan utama. Nama blog ini seperti yang sudah saya paparkan tadi yaitu Mata Pena Ku. Kenapa saya menamakan seperti itu? Padahal alamatnya tidak menyebut pena sama sekali, malah “perahudjogja”. Saya mulai dari penamaan Mata Pena Ku terlebih dahulu, awal mulanya bukan Mata Pena Ku tetapi Rossyadie Area. Ya, saya masih ingat betul kenapa dulu saya namakan Rossyadie Area, karena saya pikir blog ini nantinya akan memuat hal-hal tentang tulisan-tulisan saya. Namun kemudian saya sengaja mengganti dengan header “Mata Pena Ku”, mengapa? Karena saat itu saya berharap blog ini nantinya akan menjadi penyambung kata yang tergores dari mata pena saya. Saya berharap blog ini memuat apa saja yag pernah tergoreskan oleh pena, pada masa perubahan template saya pernah memasang satu buah ayat Al-Qur’an yaitu “Nuun, Walqolami wa mayasthuruun”. Ayat awal dari surat al qolam (pena) yang artinya “Demi Pena, dan apa yang dia tulis”, salah satu ayat yang menginspirasi saya menamakan blog ini Mata Pena Ku. Seperti pena yang melukiskan kata pada baris-baris kertas, saya ingin blog ini menjadi tempat curahan dan ungkapan saya dalam mengukir cerita, cinta, dan juga cita-cita. Sesuai dengan deskripsi header blog Mata Pena Ku : Kuresapi, Kuhayati, Kutetapkan dalam Hati Nurani (sadur pitutur dalam lirik hymne penghamba karya Bpk Kyai Tanjung).

“Sebab kata tak pernah ada habisnya, itulah mengapa pena tak punya alasan untuk tak menuliskannya”
Semoga tergores tulisan-tulisan indah, menginspirasi, dan bermanfaat dari Mata Pena Ku.

Nah itu tadi sedikit tentang penamaan Mata Pena Ku, selanjutnya kalian pasti pernah bertanya-tanya tentang blog ini, kenapa Judul, alamat, dan penulis tidak ada hubungannya. Sengaja saya tidak menggunakan unsur nama dalam penulisan alamat blog ini, jujur saja pernah terpikir untuk menyelipkan nama rosyadi dalam alamat blog ini, tapi saya urungkan niat itu. Saya lebih suka menuliskan alamat “perahudjogja” untuk blog ini, karena saya lah “perahudjogja” itu. Kata “perahudjogja” sebenarnya sudah muncul di benak saya ketika masih duduk di sekolah menengah atas, saat itu saya bersekolah di salah satu pondok modern di jawa timur. Di balik makna filosofis yang membangunnya, kata “perahudjogja” lebih dulu terinspirasi dari salah satu lagu Maudy Ayunda “Perahu Kertas” yang ditulis oleh pengarang novel aslinya yaitu Dewi “Dee” Lestari. Saya tidak menampik lagu tersebut ikut menginspirasi penamaan “perahudjogja”, karena lagu ini adalah salah satu kenangan saya dengan seorang sahabat di jogja. Namun lagu “Perahu Kertas” tidak sepenuhnya membangun kata “perahudjogja” yang saya maksudkan di blog ini.

Kembali ke “perahudjogja”, dulu saya menjadikan kata “perahudjogja” sebagai salah satu nickname atau sebutan untuk diri saya sendiri, selain djogjaboy, decemberboy, rossyadie.maz atau yang lainnya. Maklum lah, jaman sekolah pasti ingin berlagak keren dengan nama-nama yang diinginkan dan dibuat sendiri yang menunjukkan ciri khasnya. Saya akui, saya pun melewati moment dan fase seperti itu sampai pada akhirnya saya memilih nama belakang untuk menjadi nickname yaitu RSY atau Rosyadi. Kata “perahudjogja” awalnya saya hanya beranggapan bahwa saya lah perahudjogja itu, karena saya dari jogja yang mengarungi kehidupan di daerah lain layaknya perahu yang sedang mengarungi samudera. Begitulah gampangnya saya menjelaskan tentang “perahudjogja”. Intinya adalah karena saya datang dari jogja dan pergi untuk mencari bekal pengalaman, ilmu pengetahuan, dan mengarungi kehidupan, begitulah kira-kira.

Tetapi lebih dalam saya memaknai kata “perahudjogja” ini sesuai dengan arti kata per katanya. Dua kata yang membentuknya adalah “perahu” dan “djogja”, sekilas kata-kata ini tidak bermakna dalam, tetapi saya melihatnya lain. Kata kedua “djogja” sudah pasti menunjukkan darimana saya berasal dan beranjak, tidak salah memang bahwa “djogja” adalah tanah kelahiran saya. Namun lebih jauh lagi saya menggali makna kata “djogja” adalah budayanya yang istimewa dan berhati nyaman. Sejak kapan saya juga tidak begitu paham, jogja identik dengan tagline “istimewa” dan “berhati nyaman”, karena itulah saya mencoba mengambil makna dari kata “djogja” yang istimewa dan berhati nyaman.

Selanjutnya kata “perahu” ini terbesit dalam hati karena nyaman untuk diucapkan, entah karena apa saya tidak tertarik dengan padanan katanya seperti kapal, pesiar, boat, atau apalah itu yang menyerupainya. Kata “perahu” lebih mudah diingat dan terasa nyaman dalam hati, selain karena inspirasi dari lagu “perahu kertas”. Kata “perahu” disini saya memaknainya sebagai sesuatu yang tegar dan tetap tenang meski banyak halangan dan rintangan, layaknya perahu yang terombang-ambing dan dihantam ombak ataupun terbentur karang. Meski terlihat menyedihkan, namun satu hal yang harus selalu diingat oleh “perahu” tersebut, yaitu dia harus tetap berlayar. Meskipun diterjang badai, dihantam ombak, dan digempur karang, perahu harus tetap berlayar. Itulah yang menjadi pesan untuk diri saya sendiri, meskipun dalam mengarungi kehidupan ini banyak halangan, rintangan, cobaan yang menghadang, tetapi hidup harus tetap dilanjutkan. “Show Must Go On” kataku ketika itu berkaitan dengan pertunjukkan.

Jika kedua kata itu bergabung menjadi frase “perahudjogja” maka saya memaknainya sebagai sebuah perahu (seseorang) dari jogja yang mengarungi hiruk-pikuk kehidupan dengan tetap tegar dan tenang, berharap berakhir istimewa dan terasa nyaman di hati (selamat). Kata “perahudjogja” sendiri juga menjadi pengingat bagi diri pribadi untuk senantiasa tegar menjalani dan melanjutkan kehidupan, serta untuk terus belajar menjadi seorang pribadi layaknya jogja yang istimewa dan bisa memberikan kenyamanan (bermanfaat) bagi orang lain ataupun diri sendiri. Oh iya, saya teringat untuk menyertakan kutipan dalam postingan kali ini. kata-kata ini sempat menghiasi deskripsi header blog sebelum berganti yang sekarang ini.

Melenggang tanpa arah, menyusur lalu membaur. Menuju satu titik bermakna, di sanalah perahu bermuara. Dimana hati menatap, maka Tuhan selalu ada di sana. Karena langkah ke belakang membuat luka yang semakin dalam. Namun tetaplah berusaha, jadikan langkahmu menuju masa depan.
Template Blog Mata Pena Ku beberapa waktu lalu


Mungkin itu sedikit banyak rangkaian kata yang menjelaskan tentang apa itu “perahudjogja”. Cukup kah menjawab pertanyaan kalian? Jika masih kurang, silahkan tinggalkan jejak di kolom komentar. Saya akan sangat senang berbagi cerita dengan kalian semua. Salam dari perahudjogja yang masih mencari pelabuhan selanjutnya. Terimakasih!!