Showing posts with label For Someone. Show all posts
Showing posts with label For Someone. Show all posts

26 February 2023

Pada Larut Menuju Pagi

26 February 0 Comments


Hai, kusapa lagi kau yang entah sedang apa

Mungkin kau tak mendengarnya

Kutitip pada dingin malam sehabis hujan

Yang tak kujamin mau hinggap

Pada rambutmu yang tak kutahu terurai kapan

Kubisikkan pada angin yang sengaja lewat

Yang juga tak yakin mau menggema

Di telingamu yang belum pernah kulihat

Kadang, senyum itu terlukis di atap-atap

Membekaskan paras, menyorot bayang

Ah, aku masih berpikir tentang seandainya

Merah pipi dan kerling mata itu belum mampu kutatap

Atau hatimu yang mungkin masih tertutup rapat

Mungkin juga aku yang hanya sedang rindu berat

Kepadamu, pada cinta yang belum sempat terucap


Djogja - (RSY_18/05/2018)

09 July 2018

Yang Terselip Diantara Doa

09 July 2 Comments



Sebuah persembahan goresan kata yang terangkum dalam puisi, semoga berkenan menyelami dan memahami. Selamat membaca!



Tentangmu, tentangku dan tentang kita
Dimana kata tak mampu bicara
Tutur tak berani berucap
Meski bukan bait yangg terangkai indah

Namun ini dimana pena mengukir cerita

Apalah dayaku? Ketika tuhan tak jalinkan kita di atas cinta
Tak mungkin melawan, tak juga bisa menentang
Menerima dan menjalaninyalah satu-satunya cara
Harapan yang terselip diantara doa
Semoga tak ada akhir selain maut yang menjelang

Kelak kau terlukis dalam setiap baris kata
Semangat terang diantara gelap yang ada
Yang menopangku menjelang tumbang
Menjadi doa di setiap ucap yang kupanjatkan
Tetaplah disana, tetaplah menjadi pelita

Aku tak akan kemana-mana
Hingga kulihat di wajahmu terkembang senyum bahagia


RSY

(Surakarta, 07/12/2015)

26 April 2018

“Pada Senja yang Membawamu Pergi” dan Kisah Tak Terulang

26 April 3 Comments
Friday, 20 April, 2018
After midnight, duabelas kosong sembilan

Tak seperti biasanya aku masih belum terlelap dalam balutan mimpi, lewat tengah malam seperti ini dan aku masih terjaga menemani laptopku yang sedari tadi belum memjamkan layarnya. Membaca kerap kali membuatku lupa waktu, terlebih jika itu adalah bacaan cerita yang terangkum dalam karya prosa bernama novel. Satu hingga dua jam yang kuhabiskan untuk menikmati setiap alur dalam ceritanya bahkan tidak terasa olehku. Entahlah, mungkin inilah yang sering disebut membaca membuat candu. Meskipun kutahu ada lebih banyak orang yang tidak suka dengan kegiatan ini, apalagi jika itu tentang materi, teori dan konsep-konsep yang seakan membuat muntah jika keseringan dibaca. Hahaha, terlalu berlebihan sih menyebutnya seperti itu.



imageMalam ini aku baru saja menyelesaikan novel dari penulis yang baru-baru ini menarik perhatianku dengan karya-karyanya. “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” buah tulisan karya Boy Candra yang membuatku terbawa suasana malam ini. entah karena apa, Boy Candra akhir-akhir ini menjadi salah satu penulis yang masuk dalam daftar penulis kesukaanku selain “Ibu Suri” Dee Lestari yang masih tetap jadi nomor satu menurutku. Novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” ini merupakan novel kedua dari Boy Candra yang telah selesai kubaca. Berawal dari kiriman ebook dari adik sepupuku, aku mulai mengikuti pilihan kata-kata Boy Candra yang tertulis dari tangannya. Novel karya Boy Candra yang pertama kubaca adalah “Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi”. Nuansa romantis dari kata-kata dalam novel itu sekan menjadi stimulan untukku mencari tahu lebih banyak tentang buku-buku karyanya. Bahasa yang ringan namun tetap terasa manis tergambar dalam beberapa part yang menjadi bagian kesukaanku. Salah satu yang aku sukai dari novel Boy Candra adalah selalu ada kutipan yang enak dibaca di setiap berganti bagian (setidaknya sampai novel kedua yang kubaca ini).

Menurutku, Boy Candra termasuk salah satu penulis yang pandai mengambil hati para pembaca dengan menghadirkan alur cerita yang seolah bisa dialami oleh siapapun yang membacanya. Terlebih untuk urusan romantisme kata-kata, Boy Candra selalu bisa menempatkan kalimat yang terasa sangat manis untuk dibaca dan dibayangkan. Sangat cocok dengan kehidupan remaja masa kini, mungkin sih, setidaknya aku sendiri bisa tenggelam dalam alur cerita yang seolah bisa aku rasakan dan aku alami sendiri. Tak jarang senyum-senyum kecil tersimpul dari bibirku saat membaca part yang membuatku bisa membayangkan jika aku mengalaminya sendiri. Saat aku menulis ini pun terkadang masih terngiang bayangan cerita novel yang baru saja selesai kubaca. Haha, senyum kecil tersimpul lagi di bibirku :-). Novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” yang baru saja kubaca ini seolah membawaku kembali pada masa ketika di perkuliahan. Yahh meskipun belum genap setahun aku menyelesaikan studi S1-ku, masa kuliah di sebuah perguruan tinggi seakan tergambar di beberapa bagian dalam novel ini. tidak sepenuhnya sama memang, namun sungguh kuakui bahwa cerita di novel ini benar-benar membawaku kembali mengingat masa-masa perkuliahan, terlebih di 2 semester terakhir perkuliahanku.

Persahabatan, harapan, cita, dan cinta terangkum manis dibalut indahnya cerita kehidupan anak kos juga seluk-beluk kisah mahasiswa semester akhir. Walau tak semuanya terjadi dalam kisa perkuliahanku (terutama soal cinta dan asmara), tapi alur cerita ini cukup membuatku membayangkan kehidupan masa-masa perkuliahan yang kulalui dengan banyak cerita. Dimulai dari persahabatan yang begitu akrab dan dekat, cerita di novel ini mengingatkanku pada sahabat-sahabatku kala masih kuliah (entah mereka menganggapku sahabat atau enggak, setidaknya aku menganggapnya seperti itu, hehe). Kumpul bersama, main bareng, makan bareng, sampai saling berbagi segala cerita antara kami pun menjadi makanan sehari-hari. Satu lagi yang tidak ketinggalan dan tidak patut ditiru, ngrasani menjadi hal paling membuat kangen yang wajib bagi setiap lahan kumpul kami. Tidak peduli bahan pembicaraannya mulai dari teman sendiri, dosen, kebijakan, sistem pelayanan, sampai kalau kami sedang berada di jalur yang benar membahas tentang agamapun jadi hal yang menarik. Hal-hal seperti ini tergambar oleh kehidupan Gian, Andre, Randi, dan Putri dalam novel. Sebagai mahasiswa semester tua yang mendekati kelulusan yang mengharuskan mereka disibukkan berbagai urusan masing-masing, tetapi nuansa kumpul bersama tetap tidak ditinggalkan. Bahkan makan bersama di warung kesukaan, main bersama melepas lelah pun masih dilakukan oleh mereka. Ahh jadi ingat sahabat-sahabatku di sana, “Hey, kalian baik-baik saja kan?”.

Sampai pada kalimat yang kutulis ini, waktu di analog pojok kanan bawah laptopku menunjukkan angka 12:54 AM. Itu artinya sudah sekitar 45 menit aku menuliskan cerita ini. Aku berharap tidak hanya sampai di tulisan ini saja, karena masih ada banyak yang sebenarnya ingin kuceritakan tentang novel dan tentang kehidupanku masa itu. Tapi sepertinya aku harus memutar otak untuk membuatnya sederhana agar lebih terasa nyaman dibaca dan tidak berbelit-belit. Aku mulai mengubah posisi yang tadinya duduk tegak menjadi tengkurap, mencoba meluruskan badan yang sebenarnya aku tahu posisi ini menjadikanku rawan mengantuk. Ahh biar sajalah ini mengalir apa adanya, sampai pada seberapa kuat aku akan menuliskan cerita untuk mengiring malam menuju pagiku nanti. Masih diiringi dua lagu yang sedari tadi kuputar berulang-ulang, mungkin sudah lima kali lagu “Satu Jam Saja” dan “Larut Menuju Pagi” ini kuputar. Tak apa, hanya dua lagu ini yang aku tahu bisa menemani sunyinya malam ini sembari aku menuliskan cerita. Pukul satu lebih satu menit dini hari dan aku masih belum menemukan kata yang tepat untuk melanjutkan cerita yang telah tersusun menjadi kalimat demi kalimat di atas.

Sejenak aku mengingat persahabatan yang tergambar oleh keempat tokoh di novel ini hampir sempurna menggambarkan persahabatanku, atau mungkin pada kebanyakan mahasiswa pada umumnya juga. Makan bersama, pergi ke perpustakaan kampus bersama, main bersama, saling mengunjungi kos atau rumah pun pernah, pergi menonton acara festival kampus bersama pun tidak terlewatkan oleh kami. Apalagi careness yang terjalin diantara kami pun sudah sedemikian erat, meskipun tidak seekstrim “aku rela mati demi kamu”, tapi kami pernah melaluinya bersama-sama. Tentang skripsi, jangan ditanyakan lagi. Hampir setiap ketemu, topik yang selalu menjadi awalan pembahasan adalah sebuah karya berbentuk buku tebal dengan sampul hitam dan tulisan emas yang bernama skripsi itu. Tetapi yang aku salutkan dari novel ini adalah kejelian seorang Boy Candra memasukkan rahasia umum tentang skripsi yang kenyataannya tidak sepenuhnya murni. Sempat tertawa juga membaca penjelasan Andre dalam cerita “penelitian itu formalitas saja, pada akhirnya data yang diperoleh tidak semuanya dapat digunakan, karena beberapa alasan. Selain itu kalau ada data yang tidak pas, pembimbing pun akan meminta ‘menjadikan’ data itu bisa digunakan atau dengan kata lain akan ada pengolahan data untuk memperoleh data yang diinginkan”. Itulah yang terjadi saat ini dikebanyakan kehidupan mahasiswa semester tua yang sedang berhadapan dengan skripsi, meskipun juga tidak menutup masih ada juga yang berjalan sebagaimana mestinya. imageJual-beli skripsi juga sudah menjadi hal yang normal dan sah-sah saja, karena nantinya yang dipertanggungjawabkan adalah isi dari apa yang ditulis bukan bagaimana proses menjadi sebuah skripsi tersebut. Hal yang aku salutkan lagi dari novel ini adalah kata-kata Andre yang meskipun dia tidak menyukai sistem pendidikan yang seperti itu, dia tidak banyak mengomentari karena merasa masih belum punya daya unuk bisa memberikan solusi. Selain itu, tidak ada judgement untuk mereka-mereka yang melakukan hal-hal tersebut, karena semua kembali pada diri masing-masing, setidaknya dia masih berusaha menjalani setiap prosesnya meskipun tidak sepenuhnya benar. Dia jujur melakukan dan mengatakannya, point nya adalah Kejujuran itu merupakan sebuah harga diri. Setidaknya perkuliahan ataupun skripsi sekalipun adalah sebuah pertanggungjawaban dari sesuatu yang dimulai dan harus diselesaikan, namun semuanya kembali pada yang menjalani. Mau cepat, lambat, nyantai, atau berhenti sekalipun, itu adalah keputusan yang harus dipertanggungjawabkan. I like it so much!

Makan bersama sudah, nongkrong bersama sudah, main bersama sudah, sharing dan cerita sudah, bahas skripsi sudah juga, selanjutnya part yang menjadi ujung dari pertemuan. Terpisah oleh keadaan yang sudah pasti akan terjadi setelahnya, setelah semua hiruk-pikuk kebersamaan yang dijalani ternyata ada titik perpisahan yang menanti. Sidang yang berlanjut ke seremonial wisuda menjadi hal yang menampilkan pergelutan antara bahagia dan kesedihan yang menjadi satu. Satu sisi syukur kebahagiaan menyelimuti karena telah berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban dalam studi, namun di sisi yang lain kesedihan memaksa ikut menyapa karena akan berpisah dengan orang-orang yang selama ini membersamai perjalanan selama menuntut ilmu. Situasi ini tergambar dalam novel ketika momen wisuda Putri, satu-satunya gadis yang tergabung dalam ikatan persahabatan mereka. Baik Putri ataupun ketiga sahabat laki-lakinya itu sama-sama merasa kehilangan sosok yang selama ini membersamai perjalanan hidup menjadi seorang mahasiswa. Keadaan ini pula yang kurasakan saat melewati momen wisuda, artinya aku harus siap menjalani hidup yang tak seperti biasanya. Aku harus siap terpisahkan jarak dan waktu dengan sahabat-sahabat yang sebelumnya selalu menemani, juga harus siap membuka diri untuk kehidupan yang baru. Bagiku pribadi keadaan seperti ini terasa berat untuk dijalani, jujur saja aku adalah tipe orang yang akan sangat kesulitan jika tanpa hadirnya seorang teman. Oleh karenanya, berpisah dengan teman atau sahabat adalah hal yang terasa begitu berat kurasakan. Seolah sahabat adalah harta berharga yang tak ternilai, sebab itu aku selalu berusaha menempatkan sahabat di ruang terbaik. Selalu ada tempat terbaik untuk seorang sahabat.

imageTulisan ini sempat terhenti beberapa waktu, karena sesuatu hal yang tak bisa kujelaskan. Sebenarnya, untuk melanjutkannya pun aku merasa sangat berat. Sebab menulis kenangan akan terasa lebih mudah ketika kita sedang merasa dalam posisi yang mendukung. Itu artinya akan sangat sulit melanjutkan sebuah tulisan yang diawali oleh rasa, sebab perasaan akan berubah seiring bergantinya waktu. Meskipun agak terasa sulit, namun aku berusaha menyelesaikan tulisan ini agar tidak terasa mengambang dalam bayang saja. Tulisan ini berawal dari perasaan rindu yang muncul akibat terlalu dalam terjerumus dalam alur novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi”, bukan mendramatisir tetapi menurutku novel ini sangat relevan dengan kehidupan mahasiswa, terutama kehidupan masa perkuliahan yang aku jalani. Sejenak teringat momen-momen tak terlupakan yang pernah dilalui bersama sahabat-sahabatku. Lewat tulisan ini juga, aku tak bisa menyembunyikan lagi kerinduan kepada kalian.

“hai bek, masih suka pesen indomie dobel telur pake cabe kan?”
“dinar, minggu ini udah makan indomie berapa kali?”
“kit, cit, mel, dep, lancar kan kerjanya?”
“cind, masih mancung kan?”
“null, kapan nikah?”
“kak, mau sidang kapan?”

Pertanyaan-pertanyaan yang kutujukan untuk sahabat-sahabat disana. Ahh jadi ingat, ada beberapa kata yang kutuliskan menjelang wisudaku. “Menjadi apapun kita nanti, seperti apapun kita nanti, semoga Tuhan masih berkenan izinkan kita menjaga persahabatan ini”, kata-kata yang sempat tertulis olehku itu semoga menjadi doa. Teringat lirik sederhana dari Ungu,

Hidup hanya sebuah rencana
Yang tak akan pernah bisa terulang

Sama seperti kisahku dengan kalian, biarkan tetap begitu adanya, indah dan tak akan pernah terulang. Hanya bisa diingat, karena semuanya terekam indah dan tersimpan rapi dalam album yang bernama “Kenangan”. Ketika kalian baca tulisan ini nanti, aku ingin kalian tahu bahwa saat menuliskan ini aku sedang merindukan kalian. :)

Terimakasih Boy Candra atas novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” yang telah membawaku juga mengingat sahabat-sahabatku, juga kehidupan masa kuliahku. Meskipun pada akhirnya aku belum bisa bertemu dengan Aira, tapi tak apa. Perjalanan masih panjang, semoga Aira dalam novel ini menjelma menjadi nyata dalam kehidupan. Jika bukan dalam kehidupanku, semoga dia hadir dalam kehidupan Gian-Gian yang lain di dunia nyata. “Aira, Kamu dimana?” ;)

24 January 2018

Beberapa Hal Menarik Seputar "Januari"

24 January 0 Comments
Selamat Tahun Baru 2018, meskipun sudah berjalan lebih kurang tiga minggu tetapi boleh kan ya mengucapkan selamat tahun baru. Ngomong-ngomong tentang tahun baru, tentunya kita akan memulai lagi tahun ini dari bulan pertama yaitu januari. Ya sepanjang pengetahuanku nih belum ada bangsa yang memulai tahun dengan bulan selain januari, nah itu membuat aku menyimpulkan bahwa januari merupakan awal dari tahun di seantero jagad. Tentu saja terlepas dari perhitungan penanggalan tahun masehi, bukan tahun jawa, tahun islam, tahun cina, atau malah tahun gajah. Aduhh jaman kapan itu yaa??

Oke, karena tahun ini kita mulai dengan bulan januari, tahu gak sih apa saja yang menarik dari bulan januari? Jangan hanya tahu kalau tanggal satu januari itu pertanda tahun baru dimulai. Hmm, pada posting kali ini kita akan sedikit membahas dan menggali tentang apa saja hal menarik yang berhubungan dengan Januari. Baiklah mari kita mulai dari sini....

1. Tanggal Satu Januari (Tahun Baru)

Nah mari kita mulai dari awal, tentunya setiap orang tahu tentang hal ini. Setiap kalender pasti akan mewarnai tanggal satu januari dengan warna merah, kita sama tahu artinya bahwa hari itu adalah hari libur. Eitss bukan hari liburnya yaa yang diingat. Oh iya, setiap kalangan pasti sepakat bahwa dimulainya tahun yang baru itu adalah ketika waktu sudah menunjukkan pukul 00:01 waktu setempat pada tanggal satu januari (ada yang protes?) kalau ada yang protes mungkin kalendernya swasta wkwk, bercanda lho. Nah moment tahun baru atau pergantian tahun ini biasanya identik dengan pesta kembang api. Setiap tempat yang merayakan pergantian tahun tidak akan melewatkan kembang api untuk dinyalakan. Aku sendiri tidak tahu siapa yang pertama kali mencetuskan kewajiban menyalakan kembang api di saat malam pergantian tahun, wkwk. Oh iya, bicara tentang tahun baru, ada satu kata yang menjadi trending topic dalam sekejap yaitu #resolusi. Sejenis apa aja yang pengen dilakukan, dicapai di tahun yang baru gitu lah. Okay, januari diawali dengan tanggal satu yang merupakan hari libur karena tanggal merah, hehe.

2. GIGI dan Glen Fredly

Hal menarik yang kedua adalah keterlibatan dua musisi indonesia dalam bulan januari. Bukan karena dua musisi itu akan mengadakan pentas atau konser di bulan januari, tetapi kata januari ada dalam list lagu yang pernah dipopulerkan oleh kedua musisi ini. Yaps, para penikmat musik indonesia pasti mengenal dengan baik lagu “11 Januari” milik grup band GIGI. Band yang digawangi oleh 4 orang musisi yaitu Armand maulana, Dewa Budjana, Thomas Ramdhan, dan Gusti Hendy itu membawakan lagu 11 Januari dengan sangat apik. Cocok untuk kalian yang sedang jatuh cinta, tak heran jika tanggal ini menjadi salah satu pilihan untuk mengabadikan moment seperti jadian, tunangan, pernikahan dan lain-lain. Alasannya sederhana, biar bisa menyanyikan lagu ketika tanggal itu datang.satu lagi musisi yang menggunakan Januari sebagai komponen dalam lagunya, yaitu Glen Fredly. Lagu berjudul Januari yang dinyanyikan dengan slow itu menjadi kebalikan dari lagu milik GIGI, jika lagu 11 Januari menggambarkan kebahagiaan, tidak untuk lagu Januari-nya Glen Fredly yang menggambarkan kesedihan karena cintanya berakhir (Cinta kita berakhir di januari, aduuhhh sedihh).

3. Transfer Window Paruh Musim

Nah bagi kalian penikmat permainan sepakbola pasti tahu kalau bulan januari merupakan bulan dibukanya transfer window untuk separuh musim (bursa transfer yang lebih panjang ada di bulan juli). Selama satu bulan klub-klub di liga besar dunia diberi kesempatan untuk menambah ataupun mengurangi komposisi pemain dalam tim nya. Biasanya bursa transfer pemain pada bulan januari tidak begitu banyak, hanya saja kadang-kadang ada kejutan dari beberapa klub dalam melakukan transfer pemain. Bagi para penikmat sepakbola berita transfer menjadi hal yang ditunggu dan menjadi pembicaraan hangat dikalangan teman sesama penyuka sepakbola.

4. Awal Tahun Anggaran

Bagi beberapa atau malah mayoritas perusahaan dan lembaga pemerintahan, bulan januari merupakan tanda dimulainya tahun anggaran yang baru. Itu berarti anggaran yang dialokasikan untuk tahun lalu harus sudah dilaporkan dan ditutup buku pada bulan desember atau sebelum memasuki bulan januari. Nah biasanya bulan januari ini para pekerja terlihat sibuk, karena sudah pasti setiap kantor melakukan perssiapan untuk keberjalanan perusahaan atau instansi selama satu tahun ke depan. Biasanya pekerjaan mulai dari membuat daftar baru, presensi, upgrade database, hingga pembaharuan kontrak kerja dilakukan di bulan ini, benar-benar awal tahun yang sibuk bagi sebagian pekerja.

5. Hari Spesial Untukmu (wkwk)

Untuk yang satu ini tidak banyak diketahui oleh orang pada umumnya, karena ini adalah maksud tersirat dariku. Wkwk, tidak usah diperhatikan dengan serius, karena untuk yang satu ini sekedar untuk membuatmu tahu kalau aku adalah salah satu orang yang menjadi pengagummu (aduhh apa ini,,,). Bisa dibilang sebagai Secret admirer kamu, aku ingin menjadikan hari lahirmu sebagai salah satu hal menarik dari bulan januari. Yaps, hari ini 24 Januari 2018 adalah hari untuk usiamu yang ke 22. Selamat Ulang Tahun semoga segala kebaikan selalu membersamai dan limpahan keberkahan senantiasa dihadiahkan olehNya untukmu. Dua puluh empat, yaps setidaknya tulisan ini untuk mengingatmu yang pernah menjadi seseorang yang membuatku kagum. Hehe, okay tulisan yang terakhir ini merupakan kesengajaan penulis jadi mohon dimaklumi, wkwk.

Itulah tadi beberapa hal menarik yang bisa kita bahas dari bulan pertama kita di tahun ini, yaps JANUARI. Semoga kita memulai tahun ini dengan semangat yang menggebu dan penuh cinta kasih untuk meraih setiap cita yang diangankan. Sampai ketemu di tulisan selanjutnya, salam!!

21 December 2015

Sebuah Awal Cerita !

21 December 0 Comments

Surakarta, 21 Desember 2015


1:12 a.m

Ini tentang kisah yang masih baru akan terjadi, baru dimulai. Kisah baru dengan pemain yang baru pula. Meski masih ada hubungan dengan kisah lama, namun aku tak mau membuatnya seolah kisah lama di kehidupan baru. Sudah kuputuskan, bahwa inilah kisah baruku bersama mereka yang bersamaku saat ini, bukan mereka yang ada di masa lalu.

Tak banyak berbeda memang, namun bagiku ini adalah lembar baru yang tidak ada hubungannya dengan kisah-kisah di lembaran lama yang aku kira sudah berganti buku. Layaknya buku yang baru kubeli, kisah ini masih seperti lembaran kertas kosong yang siap untuk kucoret-coret dengan goresan kisah serta ukiran cerita baru.

Perlahan namun pasti, aku mulai melupakan ahh mungkin lebih tepatnya meninggalkan dan tak memikirkan kisah lamaku dengan seseorang disana. Karena jujur saja kuakui kalau untuk melupakannya sangatlah sulit, bahkan aku merasa mungkin tak akan pernah bisa dilupakan. Entah kenapa, atau mungkin karena sudah terpatri indah dalam hatiku mungkin juga karena memang aku belum bisa mengalihkan ke yang lain. Tapi untuk saat ini aku selalu berusaha untuk tidak memikirkannya lagi, terbukti untuk waktu-waktu ini aku tak pernah memikirkannya dan hal tersebut membuatku seakan membuka celah baru untuk cerita yang lain dan dengan orang yang lain pula.


Meski aku masih berharap bahwa dia masih akan ikut dalam kisahku kali ini, namun tak bisa kupungkiri bahwa aku sudah tak mampu bertahan untuk menunggu dan menunggu tanpa melakukan sesuatu yang aku rasa itu hanya akan menjadikanku tak berguna dan tak berharga. Ya kalau dia pada waktunya nanti menjadi bagian dari kisah hidupku, kalau tidak? Apa yang bisa aku dapatkan? Bukankah hanya sekedar penantian yang tak berujung? Setidaknya itulah yang menjadi pemikiranku saat ini. Oleh karenanya, aku mencoba membuka diri untuk sesuatu yang baru juga untuk kisah-kisah baru yang mungkin belum pernah aku jalani sebelumnya atau mungkin mengulang kisah lama namun dengan orang-orang yang baru. Bagiku itu sudah lebih dari cukup untuk membuat hidupku lebih berwarna daripada harus stagnant dalam sebuah kisah yang aku sendiri tak mengerti alurnya bagaimana dan akan kemana kah nantinya.

Untuk saat ini, aku akan berusaha menempatkan mereka-mereka pada tempat yang seharusnya, pada kisah-kisah yang seharusnya mereka ikut bermain didalamnya, bukan memaksakan untuk ada dalam cerita yang tidak sepantasnya mereka lakoni. Bagiku itu merupakan hal yang paling bisa aku lakukan saat ini, meski aku mengerti dan sangat memahami bahwa hal tersebut sangatlah sulit untuk dijalani. Tapi apalah daya, keyakinan diri sudah tak mungkin lagi dihalangi maka aku akan tetap berusaha mencoba setidaknya aku tak akan sia-sia.

Menempatkan kenangan lama pada kamarnya sendiri yang pada saanya nanti akan kubuka jika memang itu perlu, namun juga membuka kamar baru untuk didiami oleh kenangan-kenangan baru yang pasti akan terukir. Aku akan mengenalnya untuk saat ini bukan untuk saat yang lalu, karena itu adalah dua hal yang sangat berbeda. Mungkin aku pernah menempatkannya dalam hati dan pernah memastikan satu tempat persinggahan dihatiku untuknya. Namun hal itu adalah untuk saat yang lalu ketika aku masih belum terpikir sampai sejauh ini. Untuk saat ini aku akan menempatkannya sebagai yang mungki dan belum aku pastikan tempat di hatiku untuknya. Saat ini hatiku bisa ditempati siapa saja yang mampu membawaku pada suatu rasa yang sebegitu indah, yang mampu mengajakku belajar memaknai segala sesuatu bersama-sama.

Sudah diputuskan, aku akan mengenangmu sebagai sesuatu yang pernah menjadi indah dalam hati yang masih bimbang ini. Sebagai cahaya semangat yang pernah menerangi dan juga sebagai alasan mengapa aku harus tetap ada dan berkarya. Namun selanjutnya aku akan menempatkanmu sebagai sosok inspirasi yang mungkin bisa membawaku ke arah yang lebih baik tanpa harus mengharapkanmu (lagi) “NN”




1:37 a.m







Rossyadie.maz

26 November 2015

Selamat Ulang Tahun Sahabat

26 November 0 Comments
Hari ini mungkin aku tak bisa rangkaikan untukmu kata-kata yang indah
Tak juga aku datangkan alunan melodi untuk lengkapi harmoni hidupmu
Hadiahpun, mungkin tak sanggup aku berikan
Bukan tak mau, hanya inginku tak ada rekayasa kata untukmu
Hari ini hanya selipan kata doa yang sanggup aku panjatkan
Semoga sega cita dan asamu segera terwujudkan
Semoga Tuhan menyayangimu dan senantiasa menjagamu dalam dekap peluk lindunganNya
Semoga segala kebaikan mengiring dalam setiap langkahmu
Tumbuhlah jadi dewasa, seperti yang kamu inginkan
Dan satu yang terakhir, semoga Tuhan Berkenan jalinkan atas KITA
Persahabatan yang Tak Pernah Padam
Karena keyakinan KITA tak berakhir di sini saja..




Teruntuk dirimu yang lama tak berjumpa
SELAMAT ULANG TAHUN
Maria Goretty Adventya Brittany
26 November 1994 – 26 November 2015


Rosyadi-thoriq

30 June 2015

Malam Yang Menyaksikan

30 June 0 Comments
Selamat siang temans, edisi kali ini aku akan menampilkan posting tentang tulisanku saat aku masih SMA. Nha untuk edisi kali ini, tulisan yang ingin aku posting adalah Puisi yang kubuat di malam sebelum perpisahan wisuda Santri SMA POMOSDA. Tulisan ini terangkai dengan sepenuh rasa hati yang benar-benar hanyut dalam diksi yang kupakai dalam puisi ini. Oke, selamat membaca semoga berkenan meninggalkan komentar :)..

tentang malam

Malam yang menyaksikan
Segala sesuatu yang telah terlampaui
Tentang apa yang telah dijalani
Juga bagaimana semua terjadi

26 November 2014

Teruntuk Sahabat

26 November 0 Comments
 @Surakarta 19:30 pm

Senja ini, ketika matahari mulai tertutup awan dan berganti mendung
yang kemudian hujan turun membasahi
Menerawang aku jauh, menyusur langit yang kemudian pekat melekat
Mengingat bait demi bait ukiran kisah yang tergoreskan kita
Lima tahun sejak perkenalan itu dan kini aku masih mengingatmu
Aku pernah mengingatmu sebagai teman seperjuangan saat itu
Pernah juga aku menempatkanmu jadi inspirasi setiap bait kata dan nada laguku
Namun kini aku mengingat dan menempatkanmu sebagai sahabat juga saudara
Dan hari ini masih kuingat sebagai hari lahirmu,
Dimana Tuhan menciptakanmu untuk ikut mengenalku,
Dua enam November dua puluh tahun yang lalu
Tuhan tiupkan Ruh atas dirimu

28 September 2014

Terjamah yang Lain

28 September 0 Comments
Lagu ini sebenernya pengen disertakan pada post yang sebelumnya, berhubung keadaan udah malem jadi gak bisa rekam deh. Mungkin kalo jadi ini bakal jadi kado buat kamu, yaudah aku kasih liriknya aja lah..

Seiring meredupnya lilin
Mencari tahu akhir jalanku
Selemah sinar senja punah
Perlahan sakit hatinya mati

27 September 2014

Hanya Lewat Kata

27 September 1 Comments

Teruntuk yang sedang berbahagia
NN.27


Genap sudah 20 tahun perjalanan hidupmu,

entah apapun yang kau dapatkan,

aku yakin itu teramat banyak dan tak mungkin terceriterakan.

Itulah pelajaran hidup, yang mau tak mau harus tetap dijalani.



Lewat sepenggal kata ini,

ijinkanlah aku ikut menjadi bagian dari bahagiamu hari ini.

05 April 2014

Rosy For Ros

05 April 0 Comments


03.40 a.m, Saturday 29th of june 2013
Rossyadie.Thoriq

Tak ada yang dapat kuberikan
Tak juga banyak yang ku bisa lakukan
Hanya seberkas kertas yang tak berharga ini
Hanya goresan kata tak bermakna ini
Di malam yang sunyi menjelang pagi
Di sela tidur lelapmu kini
Tak sengaja kutuliskan
Haha, terkadang tawa hiasi kesendirianku
Berteman segelas kopi dan dua kelinci
Beriring nada pengantar mimpi...
Aku masih belum percaya
Esok kau kan menjalani hidup yang baru
Tentu tak seperti yang lalu
Bukan lagi yang dulu
Saat malam menjelang pagi
Tiga, empat puluh
Aku masih terdiam di samping tidurmu
Tak sedikitpun netra terjaga
Menatap layar dan mulai mengetik
Tik,tik, kata demi kata
Baris demi baris bersusun rapi
Kata demi kata mulai terangkai
Ini jalanmu, lakonmu..
Jalani saja...
Dan tetap berharap pangestu Beliau
Di sini aku berdoa untuk kekuatan hatimu
Kelak kedamaian kan selimutimu
Dan bahagia kan jadi mahkotamu
Tiga, lima puluh lima
Masih berada di  sekitar tidurmu
Mencoba temani hingga pagi menjelang
Menahan mata yang mulai sayu terasa
Ternyata sudah sampai empat, lebih empat
Dan di akhir baris ini
Maaf dan terimakasih ku haturkan
Entah untuk apa..
Dan tulisan ini ku persembahkan
Meski tak sebagus Chairil Anwar
Walau tak seindah WS Rendra
Inilah dimana hasta berceritera


Teruntuk mbak tersayang
“Aida Muslikah Rosadi”