Showing posts with label Sajak Berkata. Show all posts
Showing posts with label Sajak Berkata. Show all posts

26 February 2023

Pada Larut Menuju Pagi

26 February 0 Comments


Hai, kusapa lagi kau yang entah sedang apa

Mungkin kau tak mendengarnya

Kutitip pada dingin malam sehabis hujan

Yang tak kujamin mau hinggap

Pada rambutmu yang tak kutahu terurai kapan

Kubisikkan pada angin yang sengaja lewat

Yang juga tak yakin mau menggema

Di telingamu yang belum pernah kulihat

Kadang, senyum itu terlukis di atap-atap

Membekaskan paras, menyorot bayang

Ah, aku masih berpikir tentang seandainya

Merah pipi dan kerling mata itu belum mampu kutatap

Atau hatimu yang mungkin masih tertutup rapat

Mungkin juga aku yang hanya sedang rindu berat

Kepadamu, pada cinta yang belum sempat terucap


Djogja - (RSY_18/05/2018)

02 May 2020

Pupus - Hati Yang Tak Bisa Singgah

02 May 0 Comments

22nd December 2017
Friday, after midnight
 
 
PUPUS

Ada kisah yang ingin kuceritakan,
namun selalu ada batu terjal yang menghalang
Ada tutur yang ingin terucap,
namun selalu ada benteng yang menghambat

Ada rasa yang ingin tersampaikan,
tapi selalu tak sanggup dirangkaikan
Juga senyum yang ingin terlukis,
tapi selalu saja terkikis

Mengiring kata yang tertata indah
Apalah daya hati yang tak bisa singgah

(RSY_22/12/2017)

02 April 2020

09 July 2018

Yang Terselip Diantara Doa

09 July 2 Comments



Sebuah persembahan goresan kata yang terangkum dalam puisi, semoga berkenan menyelami dan memahami. Selamat membaca!



Tentangmu, tentangku dan tentang kita
Dimana kata tak mampu bicara
Tutur tak berani berucap
Meski bukan bait yangg terangkai indah

Namun ini dimana pena mengukir cerita

Apalah dayaku? Ketika tuhan tak jalinkan kita di atas cinta
Tak mungkin melawan, tak juga bisa menentang
Menerima dan menjalaninyalah satu-satunya cara
Harapan yang terselip diantara doa
Semoga tak ada akhir selain maut yang menjelang

Kelak kau terlukis dalam setiap baris kata
Semangat terang diantara gelap yang ada
Yang menopangku menjelang tumbang
Menjadi doa di setiap ucap yang kupanjatkan
Tetaplah disana, tetaplah menjadi pelita

Aku tak akan kemana-mana
Hingga kulihat di wajahmu terkembang senyum bahagia


RSY

(Surakarta, 07/12/2015)

28 November 2017

Tentang Apa dan Dimana

28 November 0 Comments

Ini tentang sebuah langkah yang seharusnya kuambil

Tentang sebuah pilihan yang harus kuputuskan

Juga tentang sesuatu yang seharusnya aku lakukan

Tentang bagaimana aku mengenang semua

Tentang apa yang akan aku dapatkan

Dan masih tentang dia yang memberikan senyuman

Tentang hidup yang kini telah berjalan

Tentang hati yang mulai ingin terlabuhkan

Serta tentang persahabatan yang tak pernah padam

Tentang apa yang tak pernah kualami sebelumnya

Tentang rasa yang mencoba untuk tetap bertahan

Dimana hasta masih terus menuliskan

Dimana pikir mencoba mengingat

Saat dimana mata memandang jauh ke sana

Dimana kaki berpijak dan siap menapak

Dimana lelah tak lagi bisa dirasakan

Waktu dimana sendiri selalu saja jadi teman

Dan ini tentang apa dan dimana semua menjadi nyata


RSY, 8 Nov 2013

07 November 2017

Aku Menyapa Kerinduan

07 November 0 Comments

10 Oktober 2017
Selepas senja, Djogjakarta

Aku terdiam
sejenak memandang
tak begitu jauh memang
tapi ada sedikit makna kutangkap
dari sebuah cercah harapan yang tersemat dalam
meniti setiap langkah yang menjadi panutan
bukan, ini bukan tentang seseorang
lebih kepada seseuatu yang membuatnya tenang
selalu saja senja
memberi apa yang tak bisa dilakukan pagi atau siang
membawa pada satu keadaan dimana kenangan datang
kembali membawa diri pada lamun ke belakang
pada diri yang sempat bersemayam
pada jiwa yang pernah menenangkan
di ujung senja, aku menyapa kerinduan

30 September 2017

PERGIMU ITU MATIKU

30 September 2 Comments

Berat mengubah sikap

Sebab demi Tuhan rasa ini masih sama

Memandang wajahmu aku tak sudi

Oh Jangan sampai di hadapanmu aku meneteskan air mata

Mengertilah, aku lelaki yang benci menangis

Mengertilah, telah semampunya aku tak ingin melihatmu lagi

Sementara waktu telah menyeretku jauh dari ragamu

Aku masih benci menjadi aku

Yang berharap kembali di detik-detik itu

Dipelukanmu

Betapa pesta yang sia-sia, ria yang percuma

Pada tiap esok yang kupunya hanya karena akan ada satu tanya

Kau dimana?

Sesungguhnya aku ingin sekali lagi berkata ya

Namun tiada pintamu datang kepadaku

Mungkin aku hanya terlalu sering berpikir

tentang suatu hari, yang tidak akan pernah datang

Tidak seharusnya kita menyesaatkan ini semua

Aku masih menyesali itu

Ada rasa rindu pada aku yang dahulu

Aku yang tak kenal kau

Sebab dari kehilanganmu, aku menemukan persamaan

Antara udara dan bebutiran

Aku telah hancur tubuhku mengurus jiwaku mengurasku

Telah kujadikan kakiku selingan kapas

Supaya aku tak dapat lagi memahami langkahku

Tetapi aku tak dapat menyelamatkan dunia

Sekarang bantulah semua orang supaya membenciku

Kau tidak sendiri

Aku telah menjadi orang lain

Aku yang dulu yang kau cintai itu

Sudah tiada

Jurang telah memanggil seluruh aku yang tanpa kau


By: Zerry Hendrik

21 September 2017

Selamat Satu Muharram

21 September 0 Comments

http://newteknoes.com/wp-content/uploads/2017/09/gambar-profil-tahun-baru-islam-1-muharram-1439
Aku terdiam dalam balutan sesal
Bukan tentang hal menyakitkan
Lebih karena yang tak sempat
Tinggal menyisakan lima menit saja
Esok sudah lagi bukan kemarin atau sekarang
Ada yang berbeda
Yang bertambah lagi satu angka
Semoga rahmat Tuhan selalu bersama
Untuk yang lalu juga yang akan datang
Selamat, kuucapkan pada yang baru menyapa
Juga pada apa yang telah berganti angka
Pada esok yang membawa secercah harapan
Atau untuk lalu yang memberi kenangan
Selamat tanggal satu muharram
Satu empat tiga Sembilan


Djogja, 1 Muharram 1439 H
00:01
RSY

13 May 2017

Karena Lukaku yang Sesungguhnya adalah Kamu

13 May 2 Comments
Halo guys! ada puisi bagus nih, bukan buatan saya sih memang. Saya sekedar ingin sharing saja, tapi mohon maaf saya lupa nama pengarangnya jadi tidak saya cantumkan, hehe. silahkan dibaca, diresapi dan dihayati..


Karena Lukaku yang Sesungguhnya adalah KAMU

Kala itu langit tak berucap sepatah katapun
Melainkan ia utus seseorang datang kepadaku
Kamu adalah jawaban atas pertanyaan tempo hari
Ketika hatiku berkata bahwa aku butuh seseorang
Ketika hatiku sunyi
Kamu hadir mengisi di sela-sela kesunyian ini
Ada luka yang membuat aku enggan melangkah
Rindu yang buat aku gundah
Pilu yang membuat malam-malamku resah

Kamu
Hadir membawa sebuah nama dimana doaku selalu menyebutnya
Dan aku jatuh cinta, Padamu yang kembali menghidupkan rindu dan resah dengan cara yang berbeda
Rindu dan resah yang selalu kucari, Yang selalu kucari lagi agar dapat kurasa
Rindu dan resah yang menghadirkan damai mengingatnya
Kamu
Tautan kasih sayng yang terindah
Terjalin, terangkai mengakar tepat di jantung hatiku
Tak perlu terucap dan tak pula tersurat
Ketika tiba-tiba semuanya hadir , mengalir sampai nadi mengingatku
Seiring langkah kita bersama

Kamu
Adalah sahabatku adalah saudaraku, Penemuan terbaikku
Kau tiba-tiba lantas bersama membawa luka, tak habis pikir aku dibuatnya
Keindahan menorehkan jelaga
Layaknya hitam yang jatuh di secarik kertas putih lusuh tak berdaya
Semua adalah sadiwara
Semua sandiwara yang nyata untukku dan engkau adalah sutradaranya
Kau permainkan aku bagai pion yang hanya mampu melangkah ke depan
Aku harus menangisi belati yang menusu bertubi-tubi di hati

Dan aku tak tahu harus kemana
Jika tempat bersandarku adalah ternyata menjadi sangkar deritaku
Jika tempatku menangis adalah sumber tangisku
Dan tempatku berpijak tak memberikanku tempat untuk jejajakan kaki
Dalam sekejap kau lemparkan aku kembali ke bumi
Menjajarkan luka-luka dan menyiramnya dengan cuka
Dan dalam sekejap pula aku berlari menepi
Masih kepadamu langkahku tertuju
Ingin aku pindahkan langkah ini pada jalan yang lebih baik
Tapi kenapa jalanmu selalu menuntunku kembali pulang

Dan masih kepadamu langahku tertuju
Membuka pintu maaf menggulung semua tangis dan luka
Dan kemudian menyembunyikannya
Masih kepadamu, sayangku tertuju
Kamu, ya benar masih selalu kamu
Karena lukaku yang sesungguhnya karenamu
Dan jangan lagi kamu yang kan menjadi alasan di balik semua lukaku



03 April 2017

MASIH DISINI

03 April 0 Comments

 Aku masih di sini
Terus dan mungkin akan tetap di sini
Bersama sepi jingga bias warna pelangi
Juga bayangmu yang tak juga mau pergi
Masih sendiri dan tetap saja sendiri
Tetap menanti dan masih akan menanti
Di ujung malam yang menjelang pagi
Dalam lelap berselimutkan mimpi
Dan tak berharap akan ada yang temani

Aku masih di sini
Memandang jauh dalam bayang imaji
Dimana parasmu indah terpatri
Terlukis seakan tak mau dihapus lagi
Nampak kadang samar ikut menghiasi
Tak apa sejenak pergi
Asalkan nanti pasti kembali
Sungguh aku masih di sini
Menunggu kaki membuka hati
Hingga nanti
Terkikis lalu mati


(Ross, 17/01/2016)

01 February 2017

Setiaku Telah Pergi

01 February 2 Comments
Hai-hai... lama rasanya tak menggoreskan tulisan di blog kecilku ini. sebenarnya ingin sekali aku menuliskan apa-apa yang menjadi pikiranku, tapi ya mungkin karena waktu yang belum mengizinkan, wkwk. So, untuk mengawali Februari yang dingin karena gerimis yang semalam tadi mengguyur dedaunan dan jalan, aku akan memposting sebuah karya yang menurutku sangat bagus pilihan katanya dan pas banget sama kondisi. oke this is the poetry...


SETIAKU TELAH PERGI

Ketika seseorang memilih kesetiaan
Mengapa harus tidak pergi yang menjadi penilaian
Apakah yang pergi lantas ia tak setia
Ataukah yang ditinggalkan yang justru tak setia
Daun itu kecil
Tapi jauh didalamnya ada banyak yang tersembunyi
Setia itu hanya satu kata
Tapi jauh di dalamnya banyak kalimat, paragraf
bahkan tulisan yang tidak dapat diuraikan

Jika kau merasa setia dan ia meninggalkamu
Kau jangan dengan gagah berteriak ia tak setia
Setia adalah mencoba, bukan keadaan yang sesaat
Aku mencoba setia
Aku belajar tentang kesetiaan
Orang yang setia adalah orang yang menjaga
Orang yang memikirkan tentang kesetiaan
Setiap waktu

Aku mencoba untuk setia dalam waktu kita
Dalam kebersamaan kita
Dalam apa yang kamu sukai
Apa yang tidak kamu sukai
Setia adalah janji kepada diri sendiri
Bukan semata hanya janji pada orang lain
Apa-apa yang kamu janjikan tentangnya dalam diri
Setialah
Tiba-tiba kau menyebut dirikiu tidak setia
kau menyebutku orang yang omong kosoong
tapi tahukah kau
Apa kau sudah mencoba untuk setia
dari awal hubungan kita sampai sekarang
Kata setia dalam otakmu saja muncul pada detik ini saja

Setia tidak hanya dalam satu waktu
Tapi dalam setiap waktu
Setiaku adalah untuk menghargai setiap kebersaman kita
dan detik ini aku ingin meminta maaf
Aku harus pergi
Kau boleh mengecap aku tidak setia
tapi sebelum itu sempatkanlah untuk dirimu sendiri
Setia apa sajakah yang sudah kau lakukan selama ini untukku
dan ingin sekali aku mengatakan ini
Setiaku adalah untuk selalu mencintaimu
Aku pergi bukan berarti aku tak mencintaimu
Aku pergi bukan berarti aku tak setia


04 December 2016

Masih dalam..

04 December 0 Comments
Masih dalam anganku
Dalam sepi terbelenggu
Dalam ramai yang mengganggu
Dalam hati yang tak kunjung bertemu
Aku masih menunggu
Dalam lamun
Dalam sabar menantimu
Dalam setiap nafas kuhirup
Hidup adalah perilaku
Sedang cinta adalah bumbu

Alangkah indah jika keduanya menyatu..


R.S.Y 
26 July 2016

13 October 2016

Tentang Sebuah Harapan

13 October 0 Comments
Tentang sebuah harapan
Seukir kisah yang tak tertangguhkan
Angan yang sulit terwujudkan
Harapan untuk satu tujuan
Hanya satu, kedamaian
Hanya untuk kebahagiaan
Namun sampai kapan
Impian kini mulai memudar
Menyerpih, berpuing tak beraturan
Pergi menjauh tak terkejar
Sirna, punah, lalu musnah
Asa tiada sanggup ukirkan lagi
Meski mentari akan tetap menyinari
Satu cahaya sulit memancar diri
Inilah akhir hidup asa mentari

Hanya cahaya suci mampu kan terangi

09 May 2016

Setelah Hujan, Sore Itu

09 May 0 Comments




Basah masih, jalanan sekitarku
Dingin juga, masih
Langit sempat menahanmu untuk pergi
Hanya sejenak saja
Lalu apalah dayaku
Kecuali doa dan kata semoga

Ya, setelah hujan sore itu
Terpaksa aku mengantarkanmu
Kembali ke jalanmu yang dulu
Melanjutkan lagi yang sejenak terhenti
Empat setengah bulan
Singkat atau terlalu lama?
Entahlah, yang pasti

Setelah hujan, sore itu
Semoga kebaikan selalu bersamamu..


Ross, 6 may 2016

Bukankah Seharusnya Begitu?

09 May 0 Comments


Hijrah...
Tidakkah kau tahu hijrah?
Yang sedari dulu kau terima di bangku sekolahan
Dasar tingkat empat kupikir
Dari Al-Haram menuju Al-Aqsa
Bukankah begitu yang kau tahu?
Lalu, banyak yang berhenti

Pernahkah kau melihat?
Dari botol yang kemudian tergeletak diatas sajadah
Yang mengumpat lalu berarah bijak
Yang berprasangka balik menyatakan
Sedang yang gelap perlahan menjadi terang
Menurutmu, apa kau anggap itu hijrah?
Sadarilah, kadang kita terlambat menyadari

Bukankah hijrah seharusnya begitu?



Rosyadi, 8 may 2016

08 November 2015

Uterus

08 November 0 Comments


Hai-hai... selamat pagi semua, kali ini aku akan menghadirkan salah satu puisi karya Kedung Darma Romansha yang menarik buat kita kaji dan kita hayati. Tema puisinya sih tentang seorang Ibu, yah meskipun ini nggak lagi suasana hari Ibu tapi gapapa dong inget sama Ibu kan bisa kapan aja..


oke let's see, listen and feel the mean ! this is it.. "UTERUS"



Uterus

Untuk mengingatmu 
Barangkali tak perlu kubaca gugur daun di halaman 
Melihat usia meranggas dari helai-helai rambutmu.
Juga angka kalender kamarku
Yang jatuh di telapak tanganmu.


Aku teringat saat malam sujud dalam gerimis
Pada setiap airmata perempuan
Yang menggadaikan mimpinya
Di pulau-pulau tanpa peta

12 August 2015

Sebuah Goresan Tentang Perjalanan -Part III-Habis

12 August 0 Comments
Kala mata tak lagi menatap
Tiada tutur berani berucap
Seakan diri ini tak mau lagi berharap
Tak tahu kemana kaki menapak
Bimbang bagaimana harus bergerak
Mungkin tak ada lagi tempat berpijak
Jika semua telah berakhir
Pikiran tak ada yang terlahir
Hanya mungkin kenangan kan terukir
Habis kata tuk ungkapkan
Luluh sudah hati bertahan
Meski coba tak tergoyahkan
Langit tak terasa lagi
Tiada tempat gantungkan mimpi
Tak tahu diman janji terpatri
Saat tiada tempat berteduh
Rasa hatipun ikut luruh
Lubuk hati sampaikan, kini ku rapuh
(Rosyadi)

Sebuah Goresan Tentang Perjalanan -Part II

12 August 0 Comments
13 February 2013
Hay, sapaku atas dirimu
Yang kini tiada lagi menatapku
Sungguh hati tak ingin
Namun niat tetap aku ukir
Senyum kan tetap hiasi
Setiap derap langkah
Setiap desir darah
Dan tiap hembus nafas
Malam ini juga,
Senyum untuk dirimu
Kutitipkan lewat terangnya bintang
Semmoga akan sampai ke mimpimu
Merasuk di fikirmu
Hingga kau melihat wajahku
Juga senyum untukmu
Lewat malam aku titipkan
(Rosyadi)

Sebuah Goresan Tentang Perjalanan -Part I

12 August 0 Comments
24 January 2013
Tentang sesuatu yang tak pernah aku ketahui
Atau mungkin aku belum mengetahuinya
Hanya satu kata, Bagaimana?
Bagaimana dan bagaimana
Kebimbangan yang selalu meratapi
Anatara satu atau yang lainnya
Benar hidup adalah pilihan
Dan kini aku ada diantara itu
Yakin tetap selalu kucoba
Entah sampai kapan, tiada kutahu
Kini hanya ada satu jawaban
Belum atau mungkin tidak
Mana jalan yang akan kupilih
Tangan mana yang akan kuulurkan
Dan kemana semua akan terlabuhkan
Diantara hujan, aku lukiskan
(Rosyadi)



2 February 2013
Titik itu kini berangsur pudar
Bergerak lalu samar
Terhanyut dalam sesar
Titik yang membuatmku tegar
Yang menunjukkan ketika sasar
Titik itu kini berangsur pudar
Tenggelam memakan sabar
Yang dulu bawa air memancar
Haluskan papan dari kasar
Tumbuhkan daun dari akar
Titik itu kini berangsur samar
Tak lagi mau sesumbar
Tak lagi ingin menghantar
Gejolak kini begitu besar
Meski berharap bunga kan mekar
(Rosyadi)

Di Jalan Pelepasan

12 August 0 Comments




Karya : Kedung Darma
Tak ada yang dibicarakan
Selain ketakutan dan kecemasan.
Jalanan yang sibuk
Trotoar yang hibuk
Menyimpan kisah kita diam-diam.

Bau parfummu masih nempel di kamarku
Mengepung sepi yang ribut di kepalaku.
Tubuhmu diangkut kenangan
Di awal musim dingin
Yang menjatuhkan daun-daunnya di hatiku.
Sementara ladang kita becek oleh masa silam
Yang bikin kita jadi cengeng dan malas pulang.

Mari, istirahatlah sejenak di sini!
Di kalbu kita yang sama olengnya.

Jogja, 2008