Melihat kondisi Indonesia sekarang
ini banyak sekali masalah yang sedang dihadapi, salah satu yang mencolok adalah
banyaknya pengangguran. Hal ini sangat meprihatinkan mengingat standar
pendidikan yang semakin tinggi dari tahun ke tahun, namun pengangguran masih
saja “membludak”. Pendidikan tinggi yang digadang-gadang akan memperbaiki
standar hidup masyarakat seakan belum mampu membuktikannya. Pada kenyataannya,
masih banyak kita jumpai para lulusan Perguruan tinggi hanya menjadi seorang
pengangguran. Karenanya, diperlukan upaya-upaya dalam rangka menciptakan
lulusan perguruan tinggi yang siap untuk bekerja.
Banyak aspek yang perlu diperhatikan
dalam upaya menciptakan lulusan perguruan tinggi yang siap kerja. Kerja disini
memiliki artian kerja yang sesungguhnya bukan hanya sekedar bekerja, karena tak
jarang banyak yang berpendapat bahwa “yang penting kerja” tanpa memperhatikan
aspek lain. Dalam tulisan ini saya akan sedikit banyak mengulas tentang upaya
menciptakan lulusan perguruan tinggi yang siap kerja, tentunya bukan sekedar
kerja.
Aspek pertama yang harus
dipersiapkan adalah mental dan kesiapan para lulusan itu sendiri, dalam hal ini
diperlukan adanya Pendidikan Karakter yang bisa membentuk konsep pemikiran dari
para lulusan. Pendidikan Karakter setidaknya bisa memberi bekal kepada para
lulusan dalam hal pembentukan kepribadian dan mind-set. Dengan demikian akan
terbentuk pola pikir yang mengarah pada tercapainya lulusan yang siap kerja.
Pendidikan karakter ini sangat penting karena didalamnya terdapat motivasi dan
dorongan agar seseorang itu bisa terus dan terus berusaha menjadi lebih baik
tanpa adanya keputusasaan. Jika karakter telah terbentuk maka bukan tidak mungkin
upaya pembentukan lulusan yang siap kerja akan tercapai.
Kemudian setelah penerapan
pendidikan karakter tersebut mulai berjalan, maka pihak yang bersangkutan harus
menekankan adanya dukungan baik moril maupun materil. Dalam hal ini pihak
eksternal termasuk perguruan tinggi, lingkungan dan keluarga dapat memberikan
dukungan dengan cara memfasilitasi calon lulusan dengan suatu hal yang mungkin
dibutuhkannya.
Aspek kedua yang perlu dilakukan
adalah mepersiapkan lulusan itu dengan bekal skill sesuai dengan bidang yang
dipelajarinya. Banyak orang berpikir bahwa jurusan, program studi atau
bidangnya dalam perkuliahan tidak selalu menentukan pekerjaannya, namun disini
saya justru berkata tidak seperti itu. Bukankah mengembangkan kemampuan yang
kini sedang dihadapi dan dipelajari itu akan lebih mudah dilakukan daripada
mencoba membuka ketrampilan baru yang belum dikuasai?. Dalam jangka panjang
mungkin keterampilan baru tersebut akan sangat membantu, tetapi memerlukan
proses yang tidak singkat pula. Oleh karena itu, pelatihan dan pengembangan
skill para calon lulusan sangat diperlukan untuk mencapai lulusan yang siap
bekerja. Perguruan tinggi juga harus menambah porsi pengarahan aplikasi ilmu
terhadap kenyataan di masyarakat, namun tanpa mengesampingkan pendalaman ilmu
teoritis. Jika yang dilakukan hanya Pendalaman ilmu saja maka mahasiswa akan
terpaku dalam batas-batas teori saja tanpa ada pandangan dalam
pengaplikasiannya. Untuk itu, adanya program-program pelatihan dan pengembangan
akan sangat membantu dalam menciptakan lulusan yang siap kerja.
Aspek ketiga yang akan saya paparkan
disini adalah alternatif pilihan. Seperti yang diketahui bahwa masih banyak
lulusan perguruan tinggi yang menganggur, hal ini dikarenakan 2 hal yaitu
mereka tidak siap bekerja dan tidak adanya lapangan pekerjaan. Pada awal
tulisan ini telah saya kemukakan bahwa siap kerja, tentunya bukan sekedar
kerja, siap kerja disini saya menggambarkan bukan hanya bekerja saja namun juga
siap membuka atau menciptakan lapangan pekerjaan. Jika kedua aspek diatas telah
terpenuhi, mungkin lulusan akan siap kerja namun pertanyaannya, apakah ada
lowongan pekerjaan yang bisa diisi? Untuk mengatasi kasus ini maka diperlukan
kreasi dan inovasi dari para lulusan dalam mengolah pekerjaan. Keterampilan
khusus diperlukan untuk menjadikan dirinya “beda” dengan yang lain, hal ini
bisa dilakukan dengan cara memodifikasi pekerjaan supaya lebih bisa diterima
dikalangan masyarakat. Misalkan seorang guru harus mempunyai metode tertentu
dalam pengajarannya; seorang pengusaha harus pandai melihat peluang pasar;
serta contoh-contoh lain.
Dalam hal ini, para pembimbing kependidikan bisa melakukan riset
atau penelitian dengan melibatkan mahasiswa supaya mahasiswa tersebut mengerti
selu-beluk pekerjaan yang dihadapinya nanti. Dengan upaya tersebuta akan
memunculkan ide dan gagasan baru untuk mengembangkan sebuah pekerjaan agar
dapat membuka lapangan pekerjaan dan menyerap tenaga kerja. Selain itu,
menjalin jaringan atau hubungan pekerjaan juga diperlukan untuk mendukung
terciptanya lulusan yang siap kerja.
Demikian ketiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam upaya menciptakan lulusan perguruan tinggi yang siap kerja. Ketiga
aspek tersebut juga tidak akan berjalan dengan seirama jika tidak ada kerjasama
yang baik dari mahasiswa itu sendiri dengan jajaran perguruan tinggi, termasuk
manajemen, dosen serta pihak-pihak lain yang bersangkutan. Mungkin hal tersebut
diatas tidak langsung memberi bukti konkrit, namum setidaknya dengan ketiga
aspek tersebut akan mempermudah dan semakin mendekati tercapainya lulusan yang
siap kerja. Dengan demikian akan sangat membantu dalam memajukan kehidupan
bangsa Indonesia ini, karena kesejahteraan suatu bangsa bisa diukur dari
tingkat pengangguran dan angkatan kerjanya terutama para pemuda generasi
penerus bangsa. Selain menciptakan lulusan yang siap kerja, hal tersebut juga
bisa membuka kesempatan menciptakan lapangan kerja baru untuk mengurangi
pengangguran di negara kita Indonesia sehingga akan terwujud negara yang
sejahtera. (rosyadi)
No comments:
Post a Comment