Siapa tak kenal Wiro
Sableng? Generasi 80-90an pasti tau siapa itu Wiro Sableng. Tokoh pendekar
fiksi yang asli dari Indonesia, biasanya dikenal dengan Pendekar Kapak Naga
Geni 212. Kenapa disebut seperti itu? Bukan tanpa alasan, melainka memang itu
merupakan ciri khas dari seorang Wiro Sableng. Kapak Naga Geni adalah senjata
paling ampuh dari pendekar yangg satu ini, sedangkan angka 212 tertulis jelas
di dadanya.
Bicara soal angka 212,
apakah kalian tau makna dari angka ini? Kenapa seorang Wiro Sableng memilih
angka 212 untuk ditulis di dadanya? Edisi kali ini kita akan membahas tentang
makna angka 212 yang tertulis di dada Wiro Sableng. Let’s Enjoy Reading !!
kartun Wiro Sableng |
Angka 212 bukan hanya
sebagai hiasan bagi ikon pendekar Wiro Sableng, kalau dilihat sepintas memang
angka ini kelihatan unik, namun pertanyaannya kenapa bukan angka 121, 313, 232
atau angka-angka lain yang sama-sama unik karena mengapit satu angka berbeda.
Benar atau tidak, ini hanya merupakan sebuah opini yang didasarkan pada pengamatan
dari penulis saja. Angka 212 yang tertulis di dada Wiro Sableng memiliki makna
yang sangat mendalam dan bisa dijadikan pelajaran juga peringatan untuk kita
semua, mengapa demikian? Hal itu dikarenakan 212 memiliki makna yang luas jika
digali lebih dalam.
Sebenarnya penjelasan
angka 212 sudah ada dalam lagu opening
dari serial Wiro Sableng, liriknya kira-kira seperti ini :
Angka
212 memiliki makna di dalam kehidupan
Dalam
diri manusia terdapat dua unsur
Ingat
duniawi dan Tuhan
Segala
yang ada di dalam dunia ini
Terdiri
atas dua bagian
Yang
berlainan namun merupakan pasangan
Keduanya
tak dapat terpisahkan...
Nah dari lirik itu
sebenarnya sudah dapat dipahami makna dari angka 212 adalah penyampaian pesan
kepada semua (pemirsa) bahwa dalam diri manusia itu ada dua unsur yaitu duniawi
dan tentang keTuhanan. Selain itu, juga digambarkan bahwa di dunia ini ada dua
bagian yang berlainan tetapi merupakan pasangan yang tak dapat dipisahkan.
Mungkin yang dimaksud dua unsur yang lain namun pasangan adalah misalnya,
baik-buruk, sama-beda, pria-wanita, dan lain-lain hal yang sejenis seperti itu.
Tidak hanya sebatas itu
saja, mari kita kaji lebih dalam lagi mengenai 212. Dalam diri manusia ada dua
unsur, ingat duniawi dan Tuhan, secara lebih spesifik kita bisa mengatakannya
berdunia dan berakhirat atau hablu minnanaas dan hablu minnaallah adalah
kewajiban manusia yang keduanya harus seimbang. Jika digali lebih dalam lagi
dua hal yang harus seimbang dalam diri manusia adalah tentang syariat dan
hakekat, tentang lakon dan pitukon. Jika kedua hal tersebut seimbang dalam
pelaksanaannya insyaAllah akan bahagia.
Lebih dalam lagi
mengenai hal ini, saya jadi ingat penggalan ayat ini “man ‘arofa nafsahu faqod ‘arofa Rabbahu” yang artinya kira-kira
seperti ini “barangsiapa yang mengenali/mengetahui jati dirinya sendiri maka
akan mengenali/mengetahui jati diri Tuhannya pula”. Dari penggalan tersebut
kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa jika kita tidak mengenali diri kita
sendiri, maka kita juga tidak akan tahu Tuhan kita. Hal tersebut juga merupakan
dua unsur yang tak bisa dipisahkan, karena sejatinya Tuhan itu sangat dekat dan
bahkan lebih dekat dari urat dan nadi, kertas dengan putihnya.
Sedikit berbelok dari angka 212,
sebenarnya di verse sebelumnya juga ada pesan yang ingin disampaikan. Verse
tersebut kira-kira seperti ini liriknya :
Aku melangkah menyusuri
dunia
Mencari arti kehidupan
Walau rintangan
menghalangi
Aku tetap tabah
menghadapinya
Sibakkan tirai yang
menyelimuti diri
Meraih satu keputusan
Tegakkan keadilan
seluruh jagad insani
Cahaya kemenangan
menyatu hati nurani
Dalam penggalan lirik
tersebut terlihat jelas pesan moral yang ingin disapaikan, bahwa arti kehidupan
haruslah dicari. Hal ini berkaitan dengan penjelasan sebelumnya bahwa kita
harus mengenali diri kita untuk kenal dengan Tuhan, arti kehidupan tentu saja tentang
Tuhan yang kita harus mencarinya walau banyak rintangan menghadang. Kemudian di
lirik selanjutnya kita diajak menyibakkan tirai yang menyelimuti diri,
maksudnya itu pesan untuk membersihkan segala sesuatu yang menutup hati kita
sehingga kita tidak mengetahui tentang Tuhan. Jika hati kita bersih dari segala
penyakit hati seperti iri, dengki, ujub, takabur, fanatik, beku maka cahaya
(Nur Muhammad)Nya pun akan menerangi diri kita.
Gimana? Masuk akal
bukan? Ingin lebih jauh lagi belajar tentang keTuhanan? Ingin mengetahui
tentang hal-hal yang selama ini salah namun dianggap benar? Bisa nih kunjungi
situs ini
Atau di sini
Oke sampai disini dulu, tunggu
posting-posting selanjutnya.. Gracias!!
Izin share ... terima kasih
ReplyDeleteKeren
ReplyDeleteMantapks
ReplyDeleteMantapks
ReplyDeleteMantap gan. bisa dapat pengetahuan baru nih. hehe
ReplyDeleteijin share gan
ReplyDeleteIni sangat memotifasi dalam hidup saya terimakasih atas penjelasannya dan semoga kita semua senantiasa selalu dalam lindungannya dan saya tunggu posting berikutnya yaaa
ReplyDeleteAmiin, saya hanya sekedar share bebas makna saja kok.. Alhamdulillah jika bermanfaat. terimakasih sudah mampir, salam
DeleteIjin share ya bos !!!
ReplyDeletemonggo mas.. semoga bermanfaat
Deletecuma rada kurang nyambung aja sama setting kerajaan di film wiro. Kalo make angka 212, angka arab versi barat... Dari mana wiro bisa make angka versi itu, lah wong belum sejaman dgn penjajahan... Kecuali kalo make angka versi eastern Arabic, ٢١٢, atau pake angka dalam aksara pallawa sekalian. Krn kan seting jaman wiro itu ya kerajaan hindu Buddha kalo gak awal-awal jaman masuknya Islam..
ReplyDeleteLucu aja kalo make angka versi modern.. heheheheh
masuk akal juga, saya malah tidak kepikiran sampe sana lho. mungkin karena serial ini muncul di zaman 90an dan asli indonesia, jadi menggunakan angka 212 biar mudah dibaca wkwk. Tapi entahlah, kan itu hak pencipa tokohnya ya menurut saya hehe. Saya juga salah satu penikmat serial ini dulu. terimakasih sudah berkomentar, salam kenal
Delete