20 May 2018

#Day 3 - TAKJILAN, Ngabuburit Sambil Bermain dan Belajar

20 May 0 Comments
#Proyek30HariMenyusunKata
#Day3

“Adek-adek Sakniki Takjilan Teng Musholla Baiturrohman..”
Lantunan kata-kata yang keluar dari pengeras suara di Mushola depan rumah itu cukup memberikan informasi kepada saya bahwa waktu telah menunjukkan sekitar pukul 16.00 WIB, tepatnya beberapa saat setelah sembahyang ashar selesai. TAKJILAN, ya itulah nama yang dikenal oleh anak-anak di lingkungan sekitar rumahku. Bagi sebagian besar masyarakat indonesia kata “Takjil” biasanya dipahami sebagai menu makanan untuk mengawali moment berbuka puasa, namun di lingkungan kami akan bergeser arti jika sudah mendapat akhiran –an.
Bagi kami masyarakat pedesaan di wilayah yogyakarta dan starnya, kedatangan bulan ramadhan merupakan hal yang dinanti-nanti (Mungkin kebanyakan orang pada umumnya juga demikian). Selain sebagai ajang mempertebal iman dan meningkatkan intensitas ibadah, kedatangan bulan Ramadhan sudah pasti akan membawa sedikit perubahan pada tatanan kebiasaan. Akan ada banyak event yang diadakan, mulai dari pengajian, berbagi, dan juga pasar Ramadhan dadakan. Moment bulan suci Ramadhan juga dinantikan oleh anak-anak di lingkungan kami, karena pada bulan inilah mereka akan bertemu dengan kegiatan yang dikenal dengan nama “TAKJILAN”.
TAKJILAN bagi masyarakat sekitar kami diartikan sebagai kegiatan pengajian menjelang buka puasa yang biasanya diadakan di masjid atau langgar yang ada di desa-desa. TAKJILAN pada awalnya identik dengan pengajian anak-anak seumuran anak sekolah dasar, semacam kegiatan TPA namun tidak hanya membaca huruf-huruf arab saja. Namun seiring berjalannya waktu, beberapa takmir masjid atau musholla berinisiatif untuk melibatkan semua kalangan, sehingga terciptalah istilah takjil remaja, takjil ibu-ibu, atau takjil bapak-bapak yang kesemuanya terkemas dalam kegiatan menjelang buka puasa. Kegiatannya pun disesuaikan dengan peserta yang hadir, biasanya untuk ibu-ibu dan bapak-bapak dikemas dalam pengajian yang menghadirkan seorang penceramah, untuk remaja juga demikian ditambah selingan membaca Al Quran, sedangkan untuk anak-anak lebih bervariasi kegiatannya mulai dari hafalan surat, hafalan doa, cerita Nabi dan Rasul hingga permainan-permainan sederhana untuk menunggu waktu berbuka.
Postingan ini tidak membahas lebih lanjut untuk takjil remaja, ibu-ibu ataupun bapak-bapak, namun lebih berfokus pada takjilan versi anak-anak. Takjilan untuk anak-anak di lingkungan kami dijadwalkan setiap hari selama bulan ramadhan kecuali hari-hari tertentu yang diselingi untuk takjil yang lain. Jadwal dibuat oleh takmir masjid atau musholla setempat, termasuk siapa saja yang diberi kesempatan memberi shodaqoh berupa konsumsi untuk berbuka puasa. Takjilan dijadwalkan mulai pukul 16.00 atau 16.30 WIB, meskipun pada kenyataannya akan dimulai pukul 16.30 WIB (kebiasaan waktu molor di kalangan masyarakat indonesia, wkwk). Tepatnya setelah sembahyang ashar di musholla selesai, maka akan banyak anak-anak yang mulai berdatangan. Satu, dua, tiga mulai berkumpul, tak jarang mereka sengaja berangkat bersama karena searah dengan jalan yang ditempuh. Kadang pula mereka yang sudah lebih dulu berangkat ke musholla berinisiatif ngampiri temannya yang belum datang. Beberapa diantaranya mulai masuk ke dalam dan menghidupkan pengeras suara kemudian mulai melantunkan kata-kata yang seakan sudah menjadi template wajib di semua masjid atau musholla untuk mengajak berangkat takjilan
“Adek-adek sakniki takjilan teng musholla baiturrohman..”
Begitulah kata-kata yang saya sendiri tidak tahu awal mulanya diajarkan oleh siapa, namun sejak saya kecil pun sudah seperti itu. Kata-kata panggilan dalam bahasa jawa yang artinya kira-kira seperti ini “Adik-adik sekarang takjilan (ngaji menjelang buka) di musholla baiturrohman...”. Musholla Baiturrohman adalah nama musholla di daerah saya yang tepat berada di depan rumah keluarga saya, sehingga akan sangat jelas terdengar ketika speaker musholla mulai dihidupkan dan berteriak memanggil-manggil. Biasanya setelah beberapa kali diulang, anak-anak mulai berdatangan begitupun para remaja yang bertugas membimbing adik-adik untuk mengaji. Pada awal pertemuan biasanya akan dijadikan satu lingkaran besar untuk kemudian dibuka dengan doa, kemudian dipisah antara laki-laki dan perempuan untuk masing-masing akan dibimbing oleh remaja yang bertugas. Kegiatan takjilan ini berjalan dengan penuh keceriaan, canda tawa, juga tak luput dari selingan keramaian yang dibuat oleh beberapa anak. Pemakluman dan kesabaran menjadi point penting bagi pengajar takjilan, karena berbaur dengan anak kecil membutuhkan ketrampilan yang ekstra. Biasanya untuk menarik perhatian anak-anak, para pengajar berinisiatif melakukan berbagai macam permainan yang disukai. Mulai dari Domikado, sedang apa, atau hanya sekedar pertanyaan seputar keagamaan. Pengetahuan keagamaan maupun hafalan surat dan doa sehari-hari tak lupa diselipkan untuk membiasakan pada adik-adik.
Ketika waktu sudah menunjukkan waktu berbuka, maka pengajian ditutup dan anak-anak akan diarahkan untuk duduk melingkar rapi sembari menunggu remaja lain yang bertugas menyiapkan konsumsi dan membagikannya. Moment berbuka puasa dilewati bersama-sama dengan tak lupa dipimpin doa terlebih dahulu. Takjilan hari itu akan berakhir seiring dilaksanakannya sembahyang maghrib berjamaah bersama dengan jamaah lain yang datang. Setelah maghrib, anak-anak yang terjadwal piket akan melaksanakan tugasnya mencuci gelas kotor dengan didampingi oleh remaja yang datang pada hari itu. Itulah kegiatan yang berlangsung dan dikenal dengan nama TAKJILAN, keseruan yang hanya bisa ditemukan pada saat bulan Ramadhan. Selain sebagai ajang ngabuburit (menunggu waktu berbuka), TAKJILAN juga merupakan kegiatan untuk bermain sambil belajar. Itulah kegiatan yang ada di lingkungan kami, bagaimana dengan lingkunganmu?? Apakah seperti itu juga?? Silahkan tulis di kolom komentar jika ingin berbagi cerita atau apa saja, karena berbagi itu indah.
Salam!! Jangan lupa menulis, untuk kebahagiaan!! ^_^

19 May 2018

Day 2–Ini Dia 5 Kebiasaan Unik Selama Bulan Ramadhan

19 May 0 Comments
#30HariMenyusunKata
#Day2

Hai-hai kembali bersua dengan kami di Mata Pena Ku, masih dalam rangkaian Proyek #30HariMenyusunKata yang memasuki hari kedua. Hari kedua ini mengalami sedikit keterlambatan dikarenakan terjadi krisis finansial yang melanda internal pengurus blog Mata Pena Ku (baca: lupa isi kuota) sehingga postingan #Day2 harus mundur di kemudian hari. Namun tak apa, setelah mampir di konter pulsa dekat-dekat sini akhirnya postingan ini bisa mampang di blog Mata Pena Ku.
Pada hari kedua ini saya aakan sedikit berbagi tentang beberapa hal unik yang menjadi kebiasaan selama bulan ramadhan berlangsung. Mungkin tidak terjadi di semua tempat, tetapi semoga bisa mewakili kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya di lingkungan masyarakat pada umumnya. Meski tak begitu baik terdengar, namun kebiasaan-kebiasaan ini seakan sudah sering terjadi dari tahun ke tahun (ya iyalah, namanya juga kebiasaan, pasti sering terjadi, hehe). Tidak ada niat memojokkan atau memberi penghakiman kepada sebagian kecil atau sebagian besar masyarakat, postingan kali ini hanya akan memberi ruang untuk publik mengetahui beberapa hal menarik selama kegiatan bulan Ramadhan.
Jika nantinya postinga ini tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya, mohon untuk tidak disalahpahami dan menjadi bahan hujatan atau pembullyan. Postingan ini semata hanya dari perspektif penulis yang dikemas dengan penyesuaian relevansi dalam kehidupan selama ini. Sebagian besar hal-hal yang tertulis dalam blog ini pernah dialami oleh penulis, sehingga postingan ini didasarkan pada observasi dan pengalaman pribadi.
Dan apa saja kah 5 kebiasaan unik yang terjadi selama bulan ramadhan? Mari kita kulik satu demi satu di bawah ini, check this out!!

1.       Safari Ramadhan

Sebagian orang menyebutnya demikian, “Safari Ramadhan” kelihatan lebih keren bahasanya memang. Namun yang saya maksud di sini adalah kegiatan berkeliling masjid ke masjid menjelang buka puasa. Hehe. Bagi kalian yang pernah merasakan hidup di lingkungan kos-kosan hampir pasti minimal sekali pernah melakukan kegiatan ini. “Safari Ramadhan” ala anak kos biasanya identik dengan berburu takjil gratis yang disediakan di masjid-masjid daerah sekitarnya. Seringnya, takjil gratis ini disediakan oleh takmir masjid di wilayah kampus tempat mereka menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Momen berbuka puasa di masjid inilah yang kadang dijadikan kesempatan anak kos untuk menghemat uang saku selama bulan ramadhan. Lumayanlah, tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli makan berbuka puasa. Bukan hanya untuk anak kos, takjil gratis sengaja disediakan untuk orang yang menjalankan puasa tanpa terkecuali. Biasanya oranng-orang yang sedang dalam perjalanan mampir untuk berbuka di masjid terdekat sekalian untuk menjalankan ibadah sholat maghrib. Hal semacam ini sangat bermanfaat bagi orang-orang tersebut.

2.       “Kemajuan” Sholat


Setiap orang pastinya mengharapkan sebuah kemajuan untuk sesuatu yang dihadapinya, entah itu bisnis, prestasi, atau hal yang lain. Kemajuan seakan menjadi tolok ukur akan tercapainya sesuatu, begitupun pada saat bulan ramadhan. Sayangnya kemajuan yang saya maksud di sini bukan menjadi sesuatu yang diharapkan, terutama oleh takmir masjid. Pasalnya kemajuan yang saya maksud adalah majunya shaf sholat seiring berjalannya waktu. Sudah menjadi rahasia umum bahwa setiap malam pertama kehadiran bulan ramadhan hampir semua masjid overload “penumpang”. Maksudnya, pasti banyak sekali orang yang memenuhi masjid untuk melaksanakan sholat, terutama sholat isya dan tarawih. Saya teringat masjid depan kontrakan saya ketika kuliah di kota tetangga, bahkan sampai ada yang mengatur shaf sholat. Baiknya lagi imam dengan sabar menunggu sampai semua tertata dengan rapi baru kemudian melakukan takbiratul ikhram, koordinasi yang Awesome menurutku. tetapi semua itu mengalami perubahan seiring berjalannya waktu, perlahan shaf yang semula penuh sesak mulai berjalan ke depan alias semakin mengalami kemajuan. Dari yang awalnya 5 sampai 7 shaf berangsur menjadi 3 sampai 5 shaf saja. Seperti yang saya sampaikan di depan, hal ini menjadi pertanda bahwa tujuan ramadhan sudah mulai akan tercapai yaitu Lebaran Idhul Fitri. Mengapa demikian? Karena biasanya “kemajuan” Shaf sholat terjadi pada pertengahan menjelang akhir bulan ramadhan saat orang-orang sibuk menyiapkan acara Lebaran. Bagaimana? Di tempatmu apakah juga seperti itu? ;p

3.       Ajang Pilih-pilih Imam

Nah, untuk yang satu ini biasanya dilakukanoleh anak-anak kecil sampai dengan remaja. Biasanya takmir masjid sudah memberikan jadwal imam dan penceramah untuk sholat tarawih dan subuh. Bagi kalangan pemuda, imam ataupun penceramah yang terkenal “lama” bukanlah menjadi idola mereka. Oleh karenanya, tak jarang kalangan muda hanya berangkat ke masjid ketika imam dan penceramah yang terjadwal hari itu mempunyai kecepatan urang lebih 60km/j (dikira sepeda motor). Para pemuda ini biasanya memiliki indikator kecepatan yang bervariasi, mulai dari kecepatan gerakan sampai dengan kecepatan membaca surat. Seringnya, imam yang memenuhi indiator kecepatan yang diinginkan para pemuda inilah yang menjadi idola. Namun, kadang beberapa takmir masjid sudah menghimbau kepada imam atau penceramah untuk menyesuaikan cara mengimami atau memberikan ceramah, dikarenakan jamaah yang bervariasi baik dari segi usia maupun tingkat kesehatan dan stamina. Nah yang seperti inilah yang biasanya disukai orang dewasa, tidak terlalu cepat namun tidak juga terlalu lama, Pas!.

4.       Membangunkan Sahur

Satu lagi kebiasaan yang secara otomatis terjadi tanpa diminta pada bulan ramadhan. Biasanya di lingkungan yang masih tergolong pedesaan, kebiasaan membangunkan orang ketika sahur sudah secara sensorik bekerja otomatis saat bulan ramadhan. Tanpa harus diminta, pengeras suara di masjid-masjid akan mulai berteriak ketika waktu menunjukkan sekitar pukul 02.30 sampai dengan menjelang imsak. Gaya bahasa yang digunakan pun berbeda beda, ada yang menggunakan bahasa setempat untuk mengajak bangun sahur, ada pula yang sengaja menyusun lirik sederhana untuk kemudian dilagukan. Banyak kreasi yang dilakukan untuk bersedekah jasa membangunkan sahur di berbagai tempat, berkeliling kampung dengan membunyikan kentonganpun salah satunya. Meskipun kadang hal ini menuai kritikan dari penduduk karena dianggap terlalu berisik atau apalah itu, namun kebiasaan seperti ini seakan tak mau hilang ketika Ramadhan datang menyapa.

5.       Buku Kegiatan Ramadhan

Untuk yang terakhir ini memang agak dipaksakan oleh saya, namun saya rasa di sebagian wilayah masih ada yang melakukan kebiasaan ini. Mengisi Buku Kegiatan Ramadhan menjadi hal yang menyebalkan bagi para anak sekolah terutama kalangan sekolah dasar (itu yang saya rasakan dulu, wkwk). Selain kemana-mana harusm membawa buku, hal yang paling malas dilakukan adalah meminta tandatangan imam atau penceramah baik itu sholat tarawih, subuh, sholat jumat bahkan sampai sholat Idhul Fitri. Di lain sisi, buku kegiatan ramadhan ini bertujuan untuk mengajarkan anak sekolah untuk tertib beribadah dan berlaku jujur pada diri sendiri. Tak jarang buku semacam ini dijadikan alat oleh orang tua untuk mengawasi anaknya dalam melaksanakan ibadah selama ramadhan. Bagus sih menurut saya, sesuatu yang teradministrasi dengan baik akan menelurkan hal baik pula (meskipun ada yang berpendapat kalau ibadah sudah ada yang mencatat, tak perlu dicatat sendiri, jatohnya riya’). Bukan demikian itu yang menjadi point utama, tapi bukankah ada ungkapan “Innamal a’malu binniyaat” segala sesuatu itu berdasarkan niat. Setidaknya begitu yang disampaikan oleh Guru saya Bapak Kyai Tanjung. So, tak ada salahnya mengajarkan anak untuk mengadministrasikan setiap kegiatan demi sebuah kebiasaan yang baik.

Nah itu tadi 5 kebiasaan unik yang terjadi selama bulan ramadhan versi Mata Pena Ku. Meskipun ada beberapa yang terkesan  dipaksakan, tetapi semua itu didasarkan pada observasi dan pengalaman yang saya alami sendiri, jadi buakan hoax dong ya?? Hehe. Jika ada hal menarik atau unik lain yang mungkin dialami para pembaca sekalian selama bulan ramadhan, silahkan tulis di kolom komentar. Berbagi cerita untuk saling melengkapi, indah bukan?  Salam!! Jangan lupa menulis, untuk kebahagiaan! ^_^

17 May 2018

#Day 1–Proyek 30 Hari Menyusun Kata

17 May 0 Comments
#Proyek30HariMenyusunKata
#Day1
Selamat Pagi, Siang, Sore, atau Malam? (harapan saya semoga disetiap waktu yang disebutkan akan ada orang-orang yang mampir untuk sekedar membaca tulisan-tulisan dari blog ini, Aamin.)

Lama tidak bersua dengan anda-anda sekalian, meski tak pernah bertatap namun setiap tulisan di blog ini mengisyaratkan sebuah perjumpaan dengan setiap insan yang membacanya. Ahh, ngomong apa sih ini? seperti biasa intro yang kadang kurang nyambung mengawali kita pada tulisan kali ini.

Sudah sekitar satu bulan yang lalu, postingan terakhir dari blog ini muncul di permukaan. Sekarang saatnya kembali mengudara dengan berbagai tulisan dari lisan yang belum tertata ini. Kali ini Mata Pena Ku hadir dalam rangka menyambut bulan suci penuh berkah yaitu Ramadhan Mubarak 1439 Hijriyah. 1 Ramadhan 1439 Hijriyah berdasarkan hisab dan hitungan yang dilakukan oleh pihak bersangkutan ditetapkan jatuh pada hari ini Kamis 17 Mei 2018. Artinya hari ini umat muslim di seluruh penjuru jagad (seharusnya) mulai menjalankan salah satu ibadah rukun Islam yaitu berpuasa (Shaum).

Oh iya, hampir lupa. Mewakili seluruh jajaran yang bertugas di blog ini, saya sebagai penulis utama mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1439 Hijriyah. Semoga Allah melimpahkan berkah rahmat dan ampunan kepada kita semua, sehingga kita termasuk dalam golongan hamba yang Muttaqin, yang selamat dan diselamatkan kembali kepada Tuhan. Aamiin.. /\

Proyek 30 Hari
Tidak jauh-jauh dari topik ramadhan, postingan kali ini sekaligus mengawali #Proyek30HariMenyusunKata selama bulan Ramadhan di blog Mata Pena Ku. Jadi, Insyaallah selama Bulan Ramadhan 1439 H kali ini Mata Pena Ku akan berusaha menghadirkan tulisan-tulisan aneka macam tema untuk menemani para pembaca dalam menjalankan ibadah puasa. Gimana?? Setuju nggak? Setuju sajalah yaa, sebab meskipun kalian tidak setuju kami akan tetap berusaha mewujudkannya. Wkwkwkwk (lha kan ini blog saya, bebas dong) ;P

Mengharap doa dan dukungan dari para pembaca sekalian, semoga proyek ini terwujud. Yaa minimal 80% terlaksana deh ya? Hehe. Saya memang tidak menjamin akan selalu bisa menghadirkan tulisan setiap harinya, karena mungkin suatu saat hal itu tidak dapat terlaksana karena suatu alasan. Namun dalam hati saya mencoba niatkan untuk mewujudkan proyek ini setelah proyek sebelumnya gagal terlaksana yaitu proyek 30 Hari Menulis Puisi pada tahun lalu.

Nantinya, selama #Proyek30HariMenyusunKata berlangsung bukan hanya akan menyajikan tulisan mengenai Ramadhan saja. Tetapi saya tidak membatasi diri saya sendiri akan menyajikan tulisan seperti apa, jadi biarkan mengalir sajalah. Ada kalanya saya akan memposting artikel dari berbagai tema, mungkin lagu, puisi, atau sekedar catatan harian selama menjalankan Ibadah Puasa Ramadhan. Oleh karenanya, bagi anda-anda sekalian yang suka dengan tulisan saya atau (mungkin) kangen dengan kehadiran saya silahkan sering-sering mengunjungi blog Mata Pena Ku ini. Semoga dengan membaca posting-posting dari saya bisa menggantikan kehadiran saya dan mengobati kangen yang terasa. Untuk yang satu ini, saya teringat pesan salah satu sahabat terbaik selama kuliah di kota tetangga. Berawal dari sanalah, saya ingin tetap dan tetap menulis. Terimakasih Din ;)

Hari pertama ini belum begitu banyak hal yang saya lakukan, hanya seharian membantu orang tua untuk membersihkan sisa dahan pohon kelapa yang sudah kering untuk dijadikan kayu bakar. Kegiatan berlanjut dengan menyiapkan media tanam untuk biibit yang tadi pagi dibeli oleh ibu saya. Satu minggu ke depan mungkin akan saya habiskan untuk menanam tanaman, terutama sayur. Kenapa sayur?? Sudah pasti karena sayur merupakan makanan yang menyehatkan, eiitss tunggu dulu!! Tapi tergantung bagaimana mengolahnya. Kalian sudah tahu tentang bagaimana menjaga kesehatan dengan cara yang sederhana tapi ampuh terasa?? Jangan kemana-mana, pantengin terus blog ini, karena selama #Proyek30HariMenyusunKata akan saya ungkap tips dan triknya. Jadi Tunggu saja!.

Ramadhan 1439 H

Mengawali awal Ramadhan ini, tidak banyak kata yang saya susun untuk mengisi postingan pertama dari #Proyek30HariMenyusunKata Mata Pena Ku. Saya hanya akan sedikit megutip kata-kata dari Guru Saya Bapak Kyai Tanjung mengenai datangnya Bulan Penuh Berkah yaitu Ramadhan.


Tiada kemenangan jika tanpa pengendalian
Tiada pahala jika tanpa amal perbuatan
Tiada kebersihan jiwa tanpa penyucian
Tiada ampunan jika tanpa saling memaafkan
Tiada hati jika tanpa Ilmu, amal dan iman
Bulan Penuh Berkah telah datang
-Kyai Tanjung-






Seperti itulah kira-kira kutipan kata dari Bapak Kyai Tanjung yang turut tersemat di banner ucapan selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan dari keluarga besar POMOSDA. Jika ingin tahu lebih banyak mengenai POMOSDA atau Beliau Bapak Kyai Tanjung, silahkan Klik DISINI atau DISINI

SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA RAMADHAN 1439 HIJRIYAH

(Sampai saya selesai menulis ini, waktu baru menunjukkan pukul 14:55 WIB, sekitar 2,5 Jam lagi. Semangaat!!) ;P

























26 April 2018

“Pada Senja yang Membawamu Pergi” dan Kisah Tak Terulang

26 April 3 Comments
Friday, 20 April, 2018
After midnight, duabelas kosong sembilan

Tak seperti biasanya aku masih belum terlelap dalam balutan mimpi, lewat tengah malam seperti ini dan aku masih terjaga menemani laptopku yang sedari tadi belum memjamkan layarnya. Membaca kerap kali membuatku lupa waktu, terlebih jika itu adalah bacaan cerita yang terangkum dalam karya prosa bernama novel. Satu hingga dua jam yang kuhabiskan untuk menikmati setiap alur dalam ceritanya bahkan tidak terasa olehku. Entahlah, mungkin inilah yang sering disebut membaca membuat candu. Meskipun kutahu ada lebih banyak orang yang tidak suka dengan kegiatan ini, apalagi jika itu tentang materi, teori dan konsep-konsep yang seakan membuat muntah jika keseringan dibaca. Hahaha, terlalu berlebihan sih menyebutnya seperti itu.



imageMalam ini aku baru saja menyelesaikan novel dari penulis yang baru-baru ini menarik perhatianku dengan karya-karyanya. “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” buah tulisan karya Boy Candra yang membuatku terbawa suasana malam ini. entah karena apa, Boy Candra akhir-akhir ini menjadi salah satu penulis yang masuk dalam daftar penulis kesukaanku selain “Ibu Suri” Dee Lestari yang masih tetap jadi nomor satu menurutku. Novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” ini merupakan novel kedua dari Boy Candra yang telah selesai kubaca. Berawal dari kiriman ebook dari adik sepupuku, aku mulai mengikuti pilihan kata-kata Boy Candra yang tertulis dari tangannya. Novel karya Boy Candra yang pertama kubaca adalah “Seperti Hujan Yang Jatuh Ke Bumi”. Nuansa romantis dari kata-kata dalam novel itu sekan menjadi stimulan untukku mencari tahu lebih banyak tentang buku-buku karyanya. Bahasa yang ringan namun tetap terasa manis tergambar dalam beberapa part yang menjadi bagian kesukaanku. Salah satu yang aku sukai dari novel Boy Candra adalah selalu ada kutipan yang enak dibaca di setiap berganti bagian (setidaknya sampai novel kedua yang kubaca ini).

Menurutku, Boy Candra termasuk salah satu penulis yang pandai mengambil hati para pembaca dengan menghadirkan alur cerita yang seolah bisa dialami oleh siapapun yang membacanya. Terlebih untuk urusan romantisme kata-kata, Boy Candra selalu bisa menempatkan kalimat yang terasa sangat manis untuk dibaca dan dibayangkan. Sangat cocok dengan kehidupan remaja masa kini, mungkin sih, setidaknya aku sendiri bisa tenggelam dalam alur cerita yang seolah bisa aku rasakan dan aku alami sendiri. Tak jarang senyum-senyum kecil tersimpul dari bibirku saat membaca part yang membuatku bisa membayangkan jika aku mengalaminya sendiri. Saat aku menulis ini pun terkadang masih terngiang bayangan cerita novel yang baru saja selesai kubaca. Haha, senyum kecil tersimpul lagi di bibirku :-). Novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” yang baru saja kubaca ini seolah membawaku kembali pada masa ketika di perkuliahan. Yahh meskipun belum genap setahun aku menyelesaikan studi S1-ku, masa kuliah di sebuah perguruan tinggi seakan tergambar di beberapa bagian dalam novel ini. tidak sepenuhnya sama memang, namun sungguh kuakui bahwa cerita di novel ini benar-benar membawaku kembali mengingat masa-masa perkuliahan, terlebih di 2 semester terakhir perkuliahanku.

Persahabatan, harapan, cita, dan cinta terangkum manis dibalut indahnya cerita kehidupan anak kos juga seluk-beluk kisah mahasiswa semester akhir. Walau tak semuanya terjadi dalam kisa perkuliahanku (terutama soal cinta dan asmara), tapi alur cerita ini cukup membuatku membayangkan kehidupan masa-masa perkuliahan yang kulalui dengan banyak cerita. Dimulai dari persahabatan yang begitu akrab dan dekat, cerita di novel ini mengingatkanku pada sahabat-sahabatku kala masih kuliah (entah mereka menganggapku sahabat atau enggak, setidaknya aku menganggapnya seperti itu, hehe). Kumpul bersama, main bareng, makan bareng, sampai saling berbagi segala cerita antara kami pun menjadi makanan sehari-hari. Satu lagi yang tidak ketinggalan dan tidak patut ditiru, ngrasani menjadi hal paling membuat kangen yang wajib bagi setiap lahan kumpul kami. Tidak peduli bahan pembicaraannya mulai dari teman sendiri, dosen, kebijakan, sistem pelayanan, sampai kalau kami sedang berada di jalur yang benar membahas tentang agamapun jadi hal yang menarik. Hal-hal seperti ini tergambar oleh kehidupan Gian, Andre, Randi, dan Putri dalam novel. Sebagai mahasiswa semester tua yang mendekati kelulusan yang mengharuskan mereka disibukkan berbagai urusan masing-masing, tetapi nuansa kumpul bersama tetap tidak ditinggalkan. Bahkan makan bersama di warung kesukaan, main bersama melepas lelah pun masih dilakukan oleh mereka. Ahh jadi ingat sahabat-sahabatku di sana, “Hey, kalian baik-baik saja kan?”.

Sampai pada kalimat yang kutulis ini, waktu di analog pojok kanan bawah laptopku menunjukkan angka 12:54 AM. Itu artinya sudah sekitar 45 menit aku menuliskan cerita ini. Aku berharap tidak hanya sampai di tulisan ini saja, karena masih ada banyak yang sebenarnya ingin kuceritakan tentang novel dan tentang kehidupanku masa itu. Tapi sepertinya aku harus memutar otak untuk membuatnya sederhana agar lebih terasa nyaman dibaca dan tidak berbelit-belit. Aku mulai mengubah posisi yang tadinya duduk tegak menjadi tengkurap, mencoba meluruskan badan yang sebenarnya aku tahu posisi ini menjadikanku rawan mengantuk. Ahh biar sajalah ini mengalir apa adanya, sampai pada seberapa kuat aku akan menuliskan cerita untuk mengiring malam menuju pagiku nanti. Masih diiringi dua lagu yang sedari tadi kuputar berulang-ulang, mungkin sudah lima kali lagu “Satu Jam Saja” dan “Larut Menuju Pagi” ini kuputar. Tak apa, hanya dua lagu ini yang aku tahu bisa menemani sunyinya malam ini sembari aku menuliskan cerita. Pukul satu lebih satu menit dini hari dan aku masih belum menemukan kata yang tepat untuk melanjutkan cerita yang telah tersusun menjadi kalimat demi kalimat di atas.

Sejenak aku mengingat persahabatan yang tergambar oleh keempat tokoh di novel ini hampir sempurna menggambarkan persahabatanku, atau mungkin pada kebanyakan mahasiswa pada umumnya juga. Makan bersama, pergi ke perpustakaan kampus bersama, main bersama, saling mengunjungi kos atau rumah pun pernah, pergi menonton acara festival kampus bersama pun tidak terlewatkan oleh kami. Apalagi careness yang terjalin diantara kami pun sudah sedemikian erat, meskipun tidak seekstrim “aku rela mati demi kamu”, tapi kami pernah melaluinya bersama-sama. Tentang skripsi, jangan ditanyakan lagi. Hampir setiap ketemu, topik yang selalu menjadi awalan pembahasan adalah sebuah karya berbentuk buku tebal dengan sampul hitam dan tulisan emas yang bernama skripsi itu. Tetapi yang aku salutkan dari novel ini adalah kejelian seorang Boy Candra memasukkan rahasia umum tentang skripsi yang kenyataannya tidak sepenuhnya murni. Sempat tertawa juga membaca penjelasan Andre dalam cerita “penelitian itu formalitas saja, pada akhirnya data yang diperoleh tidak semuanya dapat digunakan, karena beberapa alasan. Selain itu kalau ada data yang tidak pas, pembimbing pun akan meminta ‘menjadikan’ data itu bisa digunakan atau dengan kata lain akan ada pengolahan data untuk memperoleh data yang diinginkan”. Itulah yang terjadi saat ini dikebanyakan kehidupan mahasiswa semester tua yang sedang berhadapan dengan skripsi, meskipun juga tidak menutup masih ada juga yang berjalan sebagaimana mestinya. imageJual-beli skripsi juga sudah menjadi hal yang normal dan sah-sah saja, karena nantinya yang dipertanggungjawabkan adalah isi dari apa yang ditulis bukan bagaimana proses menjadi sebuah skripsi tersebut. Hal yang aku salutkan lagi dari novel ini adalah kata-kata Andre yang meskipun dia tidak menyukai sistem pendidikan yang seperti itu, dia tidak banyak mengomentari karena merasa masih belum punya daya unuk bisa memberikan solusi. Selain itu, tidak ada judgement untuk mereka-mereka yang melakukan hal-hal tersebut, karena semua kembali pada diri masing-masing, setidaknya dia masih berusaha menjalani setiap prosesnya meskipun tidak sepenuhnya benar. Dia jujur melakukan dan mengatakannya, point nya adalah Kejujuran itu merupakan sebuah harga diri. Setidaknya perkuliahan ataupun skripsi sekalipun adalah sebuah pertanggungjawaban dari sesuatu yang dimulai dan harus diselesaikan, namun semuanya kembali pada yang menjalani. Mau cepat, lambat, nyantai, atau berhenti sekalipun, itu adalah keputusan yang harus dipertanggungjawabkan. I like it so much!

Makan bersama sudah, nongkrong bersama sudah, main bersama sudah, sharing dan cerita sudah, bahas skripsi sudah juga, selanjutnya part yang menjadi ujung dari pertemuan. Terpisah oleh keadaan yang sudah pasti akan terjadi setelahnya, setelah semua hiruk-pikuk kebersamaan yang dijalani ternyata ada titik perpisahan yang menanti. Sidang yang berlanjut ke seremonial wisuda menjadi hal yang menampilkan pergelutan antara bahagia dan kesedihan yang menjadi satu. Satu sisi syukur kebahagiaan menyelimuti karena telah berhasil menyelesaikan salah satu kewajiban dalam studi, namun di sisi yang lain kesedihan memaksa ikut menyapa karena akan berpisah dengan orang-orang yang selama ini membersamai perjalanan selama menuntut ilmu. Situasi ini tergambar dalam novel ketika momen wisuda Putri, satu-satunya gadis yang tergabung dalam ikatan persahabatan mereka. Baik Putri ataupun ketiga sahabat laki-lakinya itu sama-sama merasa kehilangan sosok yang selama ini membersamai perjalanan hidup menjadi seorang mahasiswa. Keadaan ini pula yang kurasakan saat melewati momen wisuda, artinya aku harus siap menjalani hidup yang tak seperti biasanya. Aku harus siap terpisahkan jarak dan waktu dengan sahabat-sahabat yang sebelumnya selalu menemani, juga harus siap membuka diri untuk kehidupan yang baru. Bagiku pribadi keadaan seperti ini terasa berat untuk dijalani, jujur saja aku adalah tipe orang yang akan sangat kesulitan jika tanpa hadirnya seorang teman. Oleh karenanya, berpisah dengan teman atau sahabat adalah hal yang terasa begitu berat kurasakan. Seolah sahabat adalah harta berharga yang tak ternilai, sebab itu aku selalu berusaha menempatkan sahabat di ruang terbaik. Selalu ada tempat terbaik untuk seorang sahabat.

imageTulisan ini sempat terhenti beberapa waktu, karena sesuatu hal yang tak bisa kujelaskan. Sebenarnya, untuk melanjutkannya pun aku merasa sangat berat. Sebab menulis kenangan akan terasa lebih mudah ketika kita sedang merasa dalam posisi yang mendukung. Itu artinya akan sangat sulit melanjutkan sebuah tulisan yang diawali oleh rasa, sebab perasaan akan berubah seiring bergantinya waktu. Meskipun agak terasa sulit, namun aku berusaha menyelesaikan tulisan ini agar tidak terasa mengambang dalam bayang saja. Tulisan ini berawal dari perasaan rindu yang muncul akibat terlalu dalam terjerumus dalam alur novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi”, bukan mendramatisir tetapi menurutku novel ini sangat relevan dengan kehidupan mahasiswa, terutama kehidupan masa perkuliahan yang aku jalani. Sejenak teringat momen-momen tak terlupakan yang pernah dilalui bersama sahabat-sahabatku. Lewat tulisan ini juga, aku tak bisa menyembunyikan lagi kerinduan kepada kalian.

“hai bek, masih suka pesen indomie dobel telur pake cabe kan?”
“dinar, minggu ini udah makan indomie berapa kali?”
“kit, cit, mel, dep, lancar kan kerjanya?”
“cind, masih mancung kan?”
“null, kapan nikah?”
“kak, mau sidang kapan?”

Pertanyaan-pertanyaan yang kutujukan untuk sahabat-sahabat disana. Ahh jadi ingat, ada beberapa kata yang kutuliskan menjelang wisudaku. “Menjadi apapun kita nanti, seperti apapun kita nanti, semoga Tuhan masih berkenan izinkan kita menjaga persahabatan ini”, kata-kata yang sempat tertulis olehku itu semoga menjadi doa. Teringat lirik sederhana dari Ungu,

Hidup hanya sebuah rencana
Yang tak akan pernah bisa terulang

Sama seperti kisahku dengan kalian, biarkan tetap begitu adanya, indah dan tak akan pernah terulang. Hanya bisa diingat, karena semuanya terekam indah dan tersimpan rapi dalam album yang bernama “Kenangan”. Ketika kalian baca tulisan ini nanti, aku ingin kalian tahu bahwa saat menuliskan ini aku sedang merindukan kalian. :)

Terimakasih Boy Candra atas novel “Pada Senja Yang Membawamu Pergi” yang telah membawaku juga mengingat sahabat-sahabatku, juga kehidupan masa kuliahku. Meskipun pada akhirnya aku belum bisa bertemu dengan Aira, tapi tak apa. Perjalanan masih panjang, semoga Aira dalam novel ini menjelma menjadi nyata dalam kehidupan. Jika bukan dalam kehidupanku, semoga dia hadir dalam kehidupan Gian-Gian yang lain di dunia nyata. “Aira, Kamu dimana?” ;)

13 April 2018

Konsistensi Lirik Sederhana Namun Tetap Indah, The Rain

13 April 0 Comments
Selamat malam rekan-rekan Mata Pena Ku, kembali lagi bertemu dengan tulisan-tulisan di blog sederhana ini. Bulan maret telah berlalu dan tergantikan oleh April yang sudah berjalan beberapa waktu pula. Bagaimana kabar bulan April teman-teman sekalian? Semoga selalu menyenangkan dan berbahagia dalam menjalani hidup.

Pada kesempatan ini saya akan sedikit mencoba memberikan bacaan ringan tentang salah satu grup band yang masih eksis di blantika musik tanah air. Mumpung musimnya lagi hujan (hihi, apa hubungannya ya??) nah ngomong-ngomong soal hujan, band yang akan kita bahas kali ini sangat erat kaitannya dengan hujan. Yap, The Rain menjadi alasan saya untuk menggoreskan pena pada tulisan ini.

ed2bde34-adbc-42c3-ae1b-3e9b2c8336da_512
The Rain yang awal mulanya bernama No Rain ini merupakan salah satu grup band asal Yogyakarta yang masih eksis mewarnai kancah industri musik tanah air. Meskipun personilnya tidak semua berdomisili di Yogyakarta, namun The Rain menjadikan Yogyakarta sebagai homebase mereka. Pasalnya grup ini terbentuk di Yogyakarta ketika para personilnya bertemu dan memutuskan untuk bermain musik bersama sebagai The Rain.

Sejak terbentuk 16 Tahun yang lalu di Yogyakarta, band yang digawangi oleh Indra Prasta (Gitar-Vokal), Iwan Tanda (Gitar), Ipul Bahri (Bass), dan Aang Anggoro (Drum) ini masih menunjukkan eksistensi dalam mewarnai kancah musik tanah air. Menganut aliran musik pop yang populer dikalangan anak muda ini, The Rain berhasil membuahkan hits-hits yang familiar di telinga penikmat musik indonesia. Terlebih bagi para remaja yang sedang dimabuk asmara, lagu-lagu The Rain seakan menjadi soundtrack kisah asmaranya.

Ada hal menarik yang dimiliki dan menjadi ciri khas dari The Rain sendiri, secara musikalitas memang The Rain menurut saya belum bisa dibandingkan dengan musik-muthe-rainsik karya maestro seperti Ahmad Dhani, God Bless, dan lain-lain. Namun lewat lirik-lirik sederhana yang menggugah selera, The Rain mampu menghipnotis pendengar musik tanah air. Berdasarkan pengalaman saya mendengar lagu-lagu mereka, liriknya sangat sederhana namun mampu menggambarkan detail perasaan yang dialami seseorang. Tidak percaya? Silahkan dengarkan sendiri lagu-lagu mereka.

Lirik sederhana namun tetap indah inilah yang menjadi kekuatan The Rain untuk bisa diterima para penikmat musik tanah air. Sebagi contoh saja, The Rain berhasil memikat hati para ABG (Anak Baru Gede) yang mayoritas anak sekolah atau kuliah ini dengan Trilogy Terlatih Patah Hati, Gagal Bersembunyi, dan Penawar Letih. Trilogy lagu yang proses rilisnya pada tanggal yang sama selama tiga tahun berturut-turut ini mempunyai komposisi lirik yang mudah dicerna tapi tetap tidak norak. Terlebih untuk hits Terlatih patah Hati dan Gagal Bersembunyi yang sangat familiar dengan kehidupan asmara para remaja masa kini. Pasalnya dua lagu tersebut menceritakan tentang kehidupan patah hati dan kerinduan kepada mantan kekasih. Lihat saja liriknya

Begini rasanya terlatih patah hati
Hadapi getirnya terlatih disakiti
Bertepuk sebelah tangan (sudah biasa)
Ditinggal tanpa alasan (sudah biasa)
Penuh luka itu pasti, tapi aku tetap bernyanyi

Dan juga lirik yang ini nih,

Kau tahu aku merelakanmu
Aku Cuma rindu, aku Cuma rindu
Tak kan mencoba tuk merebutmu
Aku Cuma rindu, itu saja

the-rain-gagal-bersembunyi
Sekilas lirik tersebut sangat nyaman didengar oleh telinga karena pemilihan kata yang sangat pas untuk kehidupan asmara anak jaman sekarang. Dua hits yang terkesan mengenaskan namun dibalut oleh lirik yang tetap indah itu semakin lengkap dengan lagu yang ketiga dari sekuel trilogi terlatih patah hati yaitu Penawar Letih. Begini penggalan liriknya

Walaupun kadang kau juga menyebalkan
Namun tak mengurangi teduh tatapan
Tetaplah menjadi penawar letihku
Dan aku berjanji selalu menjagamu

Romantis bukan? Setidaknya menurut saya lirik tersebut merupakan salah satu lirik romantis yang digarap oleh The Rain. Lirik-lirik sederhana dengan penataan kata yang pas menjadikan lagu-lagu The Rain terasa lebih enak didengar dan terdengar indah. Mungkin itu salah satu rahasia konsistensi bermusik yang dijalani oleh The Rain dengan melahirkan lirik-lirik sederhana namun tetap bisa diterima dan terasa indah.

Oh iya, Selain lirik-lirik yang sederhana namun indah ada hal lain yang menarik dari The Rain yaitu selalu bisa menyelipkan semacam kata mutiara yang bisa dipakai untuk kutipan-kutipan dalam hidup. Bukan hanya itu, lirik-lirik memotivasi juga pernah mereka garap dengan apik. Penasaran?? (sama, saya juga) tapi tenang akan kita bahas suatu hari nanti, tidak sekarang (jadi tunggu aja yaa).



Masih penasaran dengan lirik-lirik The Rain? Silahkan temen-temen nikmati sendiri musiknya, jika sudah silahkan temukan hal-hal menarik lain dari The Rain. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar untuk melengkapi hal-hal menarik dari The Rain yang kalian temukan atau sekedar menyapa dan berbagi cerita. Selamat menikmati dan salam menulis! Mari Menulis untuk Kebahagiaan! ^_^